Misi pengumpulan fakta PBB dalam menyelidiki laporan kejahatan perang Israel telah mendapatkan dokumen yang diduga mengkonfirmasi kejahatan Tel Aviv selama perang di Gaza. Pejabat Hamas di Jalur Gaza telah menyiapkan lima belas anggota misi dipimpin oleh Richard Goldstone, juri Yahudi asal Afrika Selatan, lengkap dengan dokumen, foto, dan bahan lainnya dianggap "bukti pelanggaran Israel".
Richard Gladstone, Pemimpin Misi PBB untuk mengumpulkan bukti kejahatan Israel (SuaraMedia News)
Richard Gladstone, Pemimpin Misi PBB untuk mengumpulkan bukti kejahatan Israel (SuaraMedia News)
"Kami telah datang ke sini untuk melihat, belajar, untuk berbicara kepada orang-orang, melihat cara kehidupan; orang biasa, orang pemerintah, orang administrasi," ujar Goldstone kepada wartawan.
Tel Aviv pada akhir Desember melancarkan Operasi Cast Lead atas wilayah Palestina yang berpenduduk 1,5 juta, yang diduga sebagai respons atas pembalasan atas serangan roket Hamas ke Israel.
Selama tiga minggu Israel menyerang di jalur pesisir tersebut dan membunuh hampir 1.350 orang Palestina dan melukai sekitar 5.450 orang lain, yang kebanyakan warga sipil.
Serangan tersebut menghabiskan dana ekonomi Palestina sebesar $ 1,6 miliar, menghancurkan 4000 bangunan pemukiman dan merusak 16.000 rumah lainnya.
Penggunaan senjata pemakan daging yang kontroversial terhadap warga sipil dan bangunan PBB juga menyebabkan kutukan dari pihak dunia dan perintah penyelidikan atas kejahatan perang diberlakukan terhadap Tel Aviv.
Beberapa hari setelah serangan, pemimpin Hamas yang dipilih secara demokratis menyatakan bahwa mereka telah mendokumentasikan bukti kejahatan perang Israel di Jalur Gaza.
"Kami akan menggunakan bukti untuk membangun sebuah kasus terhadap pemimpin politik dan militer Israel sebagai kejahatan pidana," ujar Osama Hamdan, wakil ketua dan pemimpin senior Hamas di Libanon kepada Press TV pada akhir Januari.
Misi PBB dan pejabat Hamas pada hari Senin mungkin akan mengadakan pertemuan di mana Hamas berjanji akan bekerja sama penuh dengan tim pakar hukum.
Pemerintah akan bekerja sungguh-sungguh untuk memberikan komisi tersebut apa yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan mereka agar berhasil, penasihat politik Hamas Yousef Ahmad berkata pada hari pertama misi tersebut.
Israel, bagaimanapun, berusaha untuk menghalang PBB melakukan penyelidikan untuk perdamaian. Delegasi Goldstone telah berulang kali ditolak untuk mendapatkan visa ke Jalur Gaza. Sebuah tindakan yang dikatakan "mengecewakan" oleh pejabat PBB.
"Saya kecewa, dan anggota misi kecewa, kami tidak mendapatkan respon positif dari pemerintah Israel," Goldstone mengatakan kepada wartawan di Jenewa pada akhir Mei.
Grup itu akhirnya memasuki Gaza melalui Mesir melalui penyebrangan Rafah pada hari Senin, segera meluncurkan penyelidikan yang tidak akan menyertakan kementerian kunci israel yang terlibat dalam perang.
Misi tersebut menyulut berbagai macam kecaman dari pihak pejabat Israel yang menuduh tim PBB memihak Palestina.
Pemerintah Israel percaya bahwa komisi tersebut telah ditentukan "untuk mencari kesalahan Israel, bahkan sebelum penyelidikan dimulai," ujar juru bicara Departemen Luar Negeri Israel Yigal Palmor itu seperti dikutip oleh media setempat.
"Sejauh ini, Israel menolak untuk bekerja sama," kata Rina Rosenberg, direktur pengembangan di Adalah, Pusat resmi untuk Minoritas Arab di Israel.
"Dan itu berarti misi Goldstone tidak akan mempunyai akses untuk berbicara kepada tentara, untuk militer dan pemimpin politik," ia menjelaskan.
Goldstone dan timnya telah berencana untuk bertemu dengan para pejabat Hamas dan juga mengunjungi keluarga Samuni , yang kehilangan 29 anggotanya karena pengeboman Israel di Januari.
Tim Goldstone meninggalkan Gaza pada hari Jumat dan diharapkan sebabkan menyerahkan laporan ke Dewan HAM PBB pada bulan Agustus. (iw/ptv/s.med) dikutip oleh www.suaramedia.com
No comments:
Post a Comment