Thursday 4 February 2010

Neorealisme Dalam Kebijakan "Anti-Teror" AS

By : Triono Akhmad Munib

Neorealisme (Kenneth Waltz)
Sebelumnya kita perlu menjelaskan bagaimana teori neorealisme dalam memandang hubungan internasional
Di sini, neorealisme berbeda dengan realism klasik yang memandang negara dengan elitnya sebagai fokus, neorealisme lebih menitikberatkan pada struktur internasional beserta unit-unitnya dan interaksi di dalam sistem itu, Jika kita membandingkan antara realisme dan neorealisme, maka parameter yang digunakan juga berbeda. Walau pada dasarnya neorealisme ‘hanya’ mengembangkan sedikit substansi dari pemikiran realisme, pandangan neorealisme cenderung melihat segala sesuatu dari kacamata struktur dan unit-unitnya. Jika bagi realis manusia adalah jahat, maka bisa jadi menurut neorealis yang jahat adalah sistem
Di sini Waltz memberikan pentingnya struktur, yang tertuang dalam kalimat berikut :
“Kepentingan para penguasa, dan kemudian negara, membuat suatu rangkaian tindakan; kebutuhan kebijakan muncul dari persaingan negara yang diatur; kalkulasi yang berdasarkan pada kebutuhan-kebutuhan ini dapat menemukan kebijakan-kebijakan yang akan menjalankan dengan baik kepentingan-kepentingan negara; keberhasilan adalah ujian terakhir kebijakan itu, dan keberhasilan didefinisikan sebagai memelihara dan memperkuat Negara…….hambatan-hambatan struktural menjelaskan mengapa metode-metode tersebut digunakan berulang kali disamping perbedaan-perbedaan dalam diri manusia dan negara-negara menggunakannya”. Waltz (1979 : 117)

Neorealisme Dalam Kebijakan Antiteror Amerika Serikat
Jika dianalisis, kebijakan antiteror AS dapat dipandang dalam teori neorealisme Waltz seperti yang diungkapkan di atas. Sekali lagi neorealis menekankan bahwa anarki dalam hubungan internasional bukan berasal dari human nature, yang seperti realis katakan bahwa manusia pada dasarnya jahat. Tetapi di sini, neorealis mengatakan struktur-lah yang membuat tindakan manusia itu jahat dan anarki.
Dalam neorealis anarki dan damai disebabkan oleh struktur yang ada. Jika struktur menunjukkan damai, maka negara berupaya untuk membuat suatu kebijakan baik berupa aliansi militer atau pun balance of power guna sebagai respon terhadap suatu struktur tersebut. Tetapi sebaliknya, jika struktur menunjukkan sebuah perdamaian, maka suatu negara juga akan mengubah kebijakannya
AS tidak akan mengeluarkan kebijakan anti teror atau biasa disebut Global War on Terrorism (GWOT), jikalau struktur internasional tidak memaksanya. Maksudnya, serangan terhadap gedung WTC menunjukkan bahwa struktur internasional jauh dari damai, tidak ada kekuatan di atas kedaulatan negara. Struktur inilah yang mendorong dam memaksa AS mengaplikasikan kebijakan GWOT sebagai respon menghadapi struktur internasional.

Sumber :
Sorensen,Georg and Jackson,Robert. 1999. Introduction to International Relations. New York : Oxford University Press

No comments:

Post a Comment