Sunday 13 May 2012

Sepenggal Cerita dari Sukamade


By : Triono Akmad Munib

            Pada hari Jum’at siang, sekitar pukul 13.00 WIB kami berkumpul di sebuah rumah kontrakan salah seorang teman. Semua barang sudah tertata rapi, antara lain : kompor, tenda, tali rafia, gas, dsb. Kami hendak bepetualang ke Taman Nasional Meru Betiri lebih tepatnya ke penangkaran penyu Sukamade.
            Tepat pukul 14.30 WIB, kami bergegas berangkat menuju Banyuwangi. Rencananya, kami hendak menginap terlebih dahulu dirumah salah satu teman kami, yaitu Dodo, di daerah Kecamatan Jajag, Banyuwangi. Perjalanan Jember menuju Kecamatan Jajag memakan waktu sekitar 1,5 jam. Waktu menunjukkan pukul 17.30 WIB, kami pun sampai di rumah Dodo. Kami pun, melakukan ishoma, belanja keperluan untuk besok, dan bermalam di sana.

Petualangan Dimulai
            Pagi itu, kami bersiap-siap menuju lokasi Taman Nasional Meru Betiri, tepatnya di daerah Pesanggaran. Perjalanan akan memakan waktu sekitar 4 jam. Sebelumnya, kami menyempatkan untuk sarapan pagi terlebih dahulu di Pasar Bangonrejo dan mengisi full tanki sepeda motor. Setelah itu, perjalanan kami lanjutkan menuju Kecamatan Pesanggaran (kecamatan terakhir sebelum memasuki kawasan Taman Nasional Meru Betiri). Perjalanan kali ini akan memakan waktu sekitar 2,5 jam.
Gambar 1. Barang Bawaan Untuk Camping ke Sukamade

Gambar 2. Suasana Bermalam di Rumah Dodo
            Tak terasa, kami pun akhirnya sampai pada pintu gerbang pertama memasuki kawasan Taman Nasional Meru Betiri. Perjalanan panjang terbayar lunas dengan keindahan hutan Meru Betiri. Dan yang membuat hilang rasa capek adalah kami disuguhi anak-anak penyu (tukik) di Pos pertama gerbang masuk. Tukik tersebut disediakan bagi para pengunjung yang tidak berniat meneruskan perjalan hingga ke Sukamade (tempat penangkaran penyu), karena memang untuk sampai ke sana memakan waktu sekitar 3,5-4 jam dengan medan yang cukup ekstrim (penuh bebatuan). Namun, hal itu tidak menyurutkan semangat kami untuk menuju Sukamade.

Gambar 3. Gerbang Masuk Taman Nasional Meru Betiri

` Gambar 4. Foto Bersama Tukik

Sepanjang Perjalanan ke Sukamade
            Sepanjang perjalanan menuju lokasi Sukamade, terdapat beberapa objek wisata yang sangat menarik, diantaranya Pantai Rajegwesi, yaitu daerah pesisir pantai dengan habitat kerbau disekitarnya. Bunker Jepang yang konon katanya tempat berlindung para serdadu Jepang di saat perang pada tahun 1943. Habitat Rafflesia, yaitu bunga langka dengan diameter sekitar 41cm. Teluk Hijau, yaitu sebuah derah teluk yang memang tampak kehijauan dari tebing, dan yang terakhir tempat penangkaran penyu dan tukik Sukamade.  

                             Gambar 5. Objek-objek Wisata Meru Betiri dan Bunker Jepang
 
Namun, sayangnya kami hanya mengunjungi Bunker Jepang saja, karena waktu yang menunjukkan semakin sore sehingga kami memutuskan untuk langsung bergegas menuju Sukamade.
            Kami pun sempat nyasar (salah arah), kami bingun karena memang untuk mencapai Sukamade kita harus melewati sebuah sungai yang cukup deras arusnya. Dan pada saat itu, kebetulan getek (perahu dari bambu) sedang tidak beroperasi. Kami pun berputar arah untuk mencari jalan bagaimana melewati sungai tersebut. Sementara, sepeda salah satu teman kami bertipe matic dengan mesin yang cukup pendek jaraknya dari tanah. Kami sempat bertanya-tanya kepada penduduk sekitar, dan kami ditunjukkan dengan jalan (sama-sama melewati sungai) yang masih bias dilalui sepeda motor. Kami pun, bergotong-royong menyebrangi sungai tersebut.
Gambar 6. Menyebrangi Sungai

Setelah berhasil melewati sungai, tampaknya sia-sia jika kami melewatkan segarnya air sungai. Kami pun memutuskan untuk berhenti sejenak melepas lelah dan mandi di sungai
Gambar 7. Segernya Mandi di Sungai 

Camping Time
            Setelah membersihkan badan, kami pun bergegas menuju lokasi Sukamade, agar tidak terlalu malam. Sesampainya di sana, kami pun sempat kebingungan lagi. Jalan manakah yang kita tuju agar sampai ke pesisir pantai, karena kami dari awal memang berniat hendak camping di pinggir pantai. Dengan agak ragu, kami pun bertanya kepada bapak penjaga pos penangkaran penyu.
            Setelah dijelaskan panjang lebar, ternyata memang kawasan pantai tidak boleh dijadikan tempat berkemah. Hal itu dikarenakan kawasan pantai adalah kawasan yang tidak diperbolehkan ada kegiatan terkait dengan mengganggu aktivitas penyu. Fakta menunjukkan bahwa :
  1. Penyu sangat sensitif dengan pencahayaan
  2. Penyu akan kembali lagi ke laut (tidak jadi bertelur) jika melihat ada sinar di daratan
  3. Dan yang sangat disayangkan, jika penyu merasa pesisir pantai tidak aman (aktivitas manusia, khususnya cahaya), maka mereka akan mencari pulau lain untuk bertelur.
Oleh karena alasan-alasan tersebutlah, kami tidak diperbolehkan berkemah di pantai. Dan jika ingin berkemah, disediakn tempat (camping ground) tersendiri dengan jarak sekitar 1 km dari pantai, Kami pun memutuskan untuk mendirikan tenda di sana.

Gambar 8. Suasana Berkemah di Campin Ground Sukamade



Penyu Bertelur
            Sebelumnya saya ingin menjelaskan bahwa jika pengunjung hendak melihat proses penyu bertelur akan diberikan fasilitas seorang pemandu dengan biaya sebesar Rp. 100.000,- per kelompok (10 orang). Akhirnya pun, kami sepakat untuk iuran, karena memang awal rencana kami hendak melihat proses penyu bertelur. Perjalanan menuju pesisir pantai kami lakukan pukul 20.30 WIB waktu setempat. Pada saat itu, kami berbarengan dengan turis asing yang sedang berkunjung di sana. Sehingga pada malam itu sekitar 20 orang menuju pantai melihat penyu bertelur.
            Sesampainya di sana, kami diintruksikan untuk tidak menyalakan segala pencahayaan baik dari hp maupun api rokok. Kami pun tidak langsung mendapati penyu bertelur. Kami disilahkan untuk duduk menunggu di pinggir pantai dan para pemandu yang berjalan menyisir pantai untuk mencari penyu yang naik ke daratan.
            Sekitar 45 menit kami menunggu, pemandu pun memanggil kami menginformasikan bahwa ada seekor penyu yang bertelur. Kami pun bergegas menuju ke sana, namun tetap tidak berising dan menyalakan cahaya. Satu hal yang patut diperhatikan lagi, yaitu jika hendak mengambil gambar lewat kamera, lakukanlah dibelakang (posisi cangkang penyu) penyu jangan di depan penyu, karena akan membuat penyu stress dan merasa terganggu. Dan jangan langsung, artinya biarkan penyu bertelur hingga sekitar 60 telur (sekali bertelur penyu menghasilkan kurang lebih 150 telur dan dari kesemuanya yang bertahan hidup hanya 1 ekor). Setelah kami melihat prosesi penyu bertelur, kami pun berniat kembali ke perkemahan, namun, di tengah perjalanan tampak seekor penyu lagi yang naik ke daratan untuk bertelur.
 Gambar 9. Membantu Proses Penyu Bertelur

Hal-hal Lain..
            Fakta menunjukkan bahwa :
1.    Selama dua hari di sana kami hanya makan mie instan…=,=
2.    Ban sepeda saya bocor dan harus mengganti baru…
3.    Akhirnya kami pun mengetahui curhatan si “Dia-meter” a.k.a Iyek Hafidan tentang ukuran “itu”…hahahahaha…piss yekk…
4.    Saya mendapat julukan fatty googleL
5.    Saya bersama Dodo, Dana, Iyek, dan Gangsar akhirnya merasakan sensasi tidur bak babi (tidur diatas genangan air yang mengalir..semriwiiingg)…Tendone bocor nrembess men… L
6.    Dan memang kecerdasan Mahardy adalah given, saya akui… :-p
Itulah sepenggal cerita dari Sukamade yang penuh suka dan duka, semoga ada waktu untuk menjelajahi keindahan alam tanah bumi pertiwi ini….