Monday, 28 February 2011

Genderang Demokrasi Dimulai

By : Triono Akhmad Munib

This is the time. This is the moment. Concern for the leaders,its time to go

Itulah sekilas peringatan buat para pemimpin yang selama ini otoriter dan represif kepada rakyatnya.
“Ia menjabat terlalu lama, dan saatnya kini mereka pergi”
Itulah tutur seorang demonstran yang menuntut mundurnya Mubarak di Lapangan Tahrir beberapa waktu lalu. Revolusi yang terjadi di Timur Tengah di mulai dari Tunisia hingga Mesir bukanlah tanpa sebab. Selain para demonstran merasa rezim pemerintahan tak kunjung membawa kemakmuran. Salah satu sebab lain adalah jabatan yang terlalu lama telah memperkaya Presiden dan kolega-koleganya. Negara semakin terperangkap dalam korupsi, kolusi, dan nepotisme. Namun, rakyat tetap hidup sengsara dan tak pasti. Belum lagi, menghadapi tindakan pemerintah yang represif dan anti-oposisi. Bagaimana kita bisa mengkritik, memberikan masukan jika pemerintah menangkapi mereka yang ‘vokal’ kepada pemerintah?.
Dengan dibantu dunia teknologi informasi rakyat mulai menyebarkan nilai-nilai demokrasi secara diam-diam. Membuka pemikiran akan kebebasan. Mulai menggalang dukungan masyarakat luas. Membentuk sebuah komunitas yang dimulai dari dunia maya. Dan itulah yang dilakukan masyarakat Mesir hingga Tunisia yang berhasil menggulingkan rezim Ben Ali maupun Husni Mubarak. Arus pergerakan informasi yang begitu cepat membuat fenomena di sebuah negara sedikit banyak mempengaruhi negara lain. Keberhasilan revolusi Tunisia hingga Mesir membuat negara-negara disekitarnya ikut-ikutan. Bahrain, Yaman, Libya. Bahkan, sempat membuat negara yang notabene jauh dari Timur Tengah kebakaran jenggot. China dan Korea Utara dikabarkan memblokir situs-situs mesin pencari yang memuat berita tentang gejolak politik Timur Tengah. Akankah ini akhir dari status-quo kepemimpinan represif?

Saatnya Usai
Derasnya informasi yang mengalir membuat masyarakat semakin sadar akan nilai-nilai demokrasi dan kebebasan. Rakyat sadar selama ini hidup mereka hidup di bawah rezim otoriter. Rezim yang sangat represif kepada mereka. Rezim yang dikekang dalam berbagai hal. Rezim yang memperkaya pemimpin dan memelaratkan rakyat. Sudah saatnya mereka, para pemimpin turun. Sudah saatnya rakyat yang bersuara dan berdaulat.
Genderang demokrasi telah ditabuh. Dimulai dari Tunisia Mesir hingga Libya. Akankah revolusi itu terus meluas tidak hanya di Timur Tengah?. Bak air yang mengalir, ia akan terus berjalan mengalir ke segala arah. Tinggal bagaimana kita mensiasati untuk menghentikannya. China, Korea Utara, dan segenap pemimpin otoriter segeralah bertindak jika tidak ingin menyusul Mesir dengan Mubarak-nya dan mungkin Libya dengan Khadafi-nya. Ini pekerjaan rumah yang besar bagi negara-negara represif. Yang pasti genderang demokrasi itu telah ditabuh dan mulai berjalan.

Sunday, 27 February 2011

International System, Is That Fact?

By : Triono Akhmad Munib

Jika kita membahas tentang sistem internasional pastilah tak bisa lepas dari sejarah terbentuknya negara-bangsa dan Perjanjian Westphalia 1648. Dengan ditandatanganinya Perjanjian Westphalia sehingga implementasinya adalah terbentuknya sebuah kedaulatan yang bernama ‘negara’, secara bersamaan tercipta pula sebuah sistem internasional. Perjanjian Westphalia bisa dikatakan akhir dari era kerajaan di Eropa. Sistem internasional berangkat dari unit analisa state. Sistem internasional menganut dua aturan kesepatakan yang mendasar, yaitu :
1.Pengakuan kedaulatan atas suatu negara oleh negara-negara lain. Suatu negara, baru dapat masuk dalam pergaulan sistem internasional apabila telah diakui sebagai negara-bangsa (nation-state)
2.Kekuasaan negara terlepas dari kekuasaan (kerajaan) agama (gereja) atau negara sekuler.
Dari pemahaman di atas dapat diartikan bahwa sistem internasional adalah sebuah pola, interaksi, tingkah laku antar negara yang saling pengaruh dan mempengaruhi. Namun, satu hal yang masih menjadi perdebatan hingga saat ini adalah seperti apa sistem internasional itu?. Bahkan, banyak kaum yang skeptis akan sebuah sistem internasional. Benarkah sistem internasional itu tebentuk secara alami atau memang sengaja dibentuk?

Sebuah Bentukan
Jika berangkat dari pertanyaan skeptis di atas, maka sistem internasional dapat kita katakan sebagai perangkat hubungan internasional yang telah sengaja diatur, dibuat sedemikian rupa sesuai dengan situasi dan kondisi
Penulis menyakini bahwa sistem internasional itu terbentuk dan dibentuk oleh kekuatan yang dimiliki oleh segelintir negara yang berada jauh posisi di atas negara-negara yang lain. Pola interaksi antar negara diatur oleh sistem internasional yang mengacu kepada kepentingan satu negara. Setiap negara cenderung bergantung kepada instruksi yang diberikan oleh negara pemimpin tersebut. Sehingga di sini, yang akan tampak bahwa sistem internasional bukan lagi sesuatu yang egaliter. Namun, lebih ke arah seorang pemimpin (negara-negara kuat dan hegemmon) kepada bawahannya (negara-negara lemah).
Perkembangan sistem internasional ini pun tak lepas dari sejarah Perang Dingin. Di mana tampak bahwa dunia ini dipegang oleh dua kekuatan dunia yaitu AS dan Uni Soviet dalam berbagai bidang (militer, teknologi, pendidikan, dsb). Dan AS sebagai pemenang Perang Dingin seakan-akan dia sendiri yang merumuskan peraturan-peraturan internasional karena memang merasa musuh tandingannya sudah tidak ada. Namun pada nyatanya, memang subjektivitas hegemoni yang dikuasai oleh negara seperti Amerika Serikat, baik secara sadar ataupun tidak, telah banyak melancarkan pengaruhnya.
Kekuatan hegemoni yang dimiliki oleh Amerika Serikat itu sendiri bukan karena suatu ketidaksengajaan, melainkan karena standar kapabilitas yang dimiliki oleh Amerika Serikat berada pada posisi yang tinggi. Kapabilitas tersebut melingkupi beragam aspek seperti ekonomi, politik, militer, pendidikan, teknologi dan yang lainnya. Hegemoni tersebut mengkonfigurasi lalu lintas internasional, sehingga hampir seluruh kekuasaan terkonsentrasi pada satu polar; yaitu Amerika Serikat. Walaupun hegemoni mampu mengontrol efek dari suatu peperangan, namun di sisi lain hegemoni menciptakan peperangan yang baru. Sehingga teori yang mengatakan bahwa stabilitas internasional berakar dari hegemoni unipolaritas, dapat saja terbantahkan dengan realitas baru yang dewasa ini dengan amat kontras dapat kita saksikan.
Sistem internasional tampak dibentuk oleh AS dan ini memang benar adanya dan fakta. Pembahasan sistem internasional ini juga memunculkan pertanyaan baru., jika begitu adakah sebuah konsep masyarakat internasional?

Siapa Masyarakat Internasional?
Masyarakat internasional bisa dipahami sebagai kumpulan masyarakat sebuah negara yang berinteraksi satu sama lain melewati batas kedaulatan. Dari pengertian ini tampak bahwa setiap masyarakat yang hidup dan tinggal disebuah negara kemudian melakukan hubungan dengan negara lain. Mereka bisa masuk ke dalam sebuah masyarakat internasional. Namun, masih berkaitan dengan pembahasan sebelumnya. Jika ada kecurigaan sistem internasional itu sebuah bentukan negara-negara kuat. Adakah kemungkinan konsep masyarakat internasional itu berubah?
Menurut penulis di sini, tidak ada perubahan terkait konsep masyarakat internasional. Jika sebagian menyakini ada sebuah perubahan tentang konsep masyarakat internasional karena efek dari penguasaan sistem internasional oleh negara-negara kuat. Dapat diartikan bahwa mereka adalah masyarakat internasional sejauh mereka hidup dan tinggal di negara-negara kuat yang mengatur jalannya sistem internasional
Namun, dalam hal ini tidak demikian. Entitas masyarakat internasional melekat pada setiap individu bersamaan terbentuknya sebuah negara terlepas dari sistem internasional yang hegemon. Sejauh mereka hidup di dalam entitas yang bernama ‘negara’ dan melakukan interaksi dengan individu lain di luar negaranya mereka adalah masyarakat internasional
Masyarakat internasional hidup ketika sekelompok negara, sadar tentang kepentingan dan nilai bersama tertentu, membentuk masyarakat dalam hal mereka memandang dirinya terikat oleh seperangkat tujuan bersama dalam hubungannya satu sama lain dan berbagi dalam menjalankan institusi bersama (Bull, 1995 : 9-13)
Ketika individu di dunia merasa bahwa bumi ini semakin tidak ‘nyaman’ akibat pemanasan global oleh korporasi-korporasi besar yang semakin rakus dan tamak. Ada sebuah nilai universal yang menyatukan mereka, yaitu ingin menjaga kestabilan dan keharmonisan alam. Secara tidak sadar mereka bersatu menyuarakan saran dan kritikannya melalui lembaga social. Secara bersamaan akan menjadi sebuah isu global mengenai lingkungan. Inilah masyarakat internasional, dan sebuah nilai universal telah membentuk dan menyatukan mereka

Negara : Era dan Pasca Westhpalia

By : Triono Akhmad Munib

Munculnya entitas yang bernama ‘negara’ dewasa ini tak luput dari sejarah awal terbentuknya konsep negara ditandai dengan Perjanjian Westphalia tahun 1648 yang mengakhiri era kekaisaran di Eropa. Kembali kepada topik pembahasan di atas, maka perlu lah kita mengetahui sejarah terbentuknya negara-bangsa.

Era Kekaisaran Eropa

Di Benua Eropa pada abad pertengahan dilanda perang yang hebat, perang ini berlangsung selama kurang lebih tiga puluh tahun (1618-1648). Penyebab perang ini adalah adanya sebuah pertentangan antara kaum Protestan dan kaum Katolik (dimulai oleh Reformasi Protestan sampai pada kontra Reformasi Katolik) dan disamping aspek agama ini juga persaingan dinasti Hapsbruk dan Boubron. Sampai pada akhirnya pada tahun 1648 tercapainya pencanjian Westphalia. Perjanjian ini ditandatangani di westphalen, Jerman.
Pada era kekaisaran di Eropa, Paus dan Kaisar adalah dari hierarki yang paralel dan berhubungan, yaitu agama dan politik[1].Raja dan penguasa lainnya merupakan bawahan dari kekuasaan yang lebih tinggi tersebut dan hukum-hukumnya. Berikut merupakan elemen-elemen penggerak kepentingan kerajaan di masa itu[2]


Penjelasan singkat gambar di atas adalah kekuatan dan kekuasaan pada satu titik Raja dan pemerintahannya. Dan Paus pemimpin keagamaan. Namun, di sini kekuasaan Paus (gereja) jauh lebih besar ketimbang seorang Raja. Segala apapun harus persetujuan oleh Paus. Sistem hubungan internasional menjadi intrik dimana “game” dan “bandar”nya telah diatur dan diperankan oleh gereja. Puncak dari sistem hubungan internasional, yang didominasi peperangan ini, adalah perang 30 tahun antara kerajaan di bawah pengaruh Roma dengan kerajaan yang memperjuangkan gagasan nation-state, dan yang telah memilih menjadi penganut agama Protestan. Inilah yang kemudian menjadi titik tolak para Raja Eropa untuk melakukan perlawanan terhadap kekuasaan Gereja. Gereja Roma telah gagal dalam usahanya supaya diakui sebagai suatu kekuasaan yang universal, di Eropa. Sementara Inggris, Perancis dan Spanyol telah terlebih dahulu menyatakan sebagai negara-bangsa, selama perang masih berlangsung. Filsuf sekaligus teoritisi spt : Bodin, Grotius, Luther dan Calvin membenarkan negara merdeka yang bersifat sekuler. Dan era negara modern telah di mulai

Perjanjian Westphalia 1648
Para penguas Eropa mencoba membebaskan diri mereka dari kekuasaan religius-politik umat Kristiani yang berlebihan. Perjanjian Westphalia tahun 1648 merupakan akhir dari perang 30 tahun antara kekuasaan Gereja (Paus) dan Raja. Dan merupakan cikal-bakal bagi terbentuknya konsep negara-bangsa
Perjajian Westphalia secara tidak langsung telah membentuk suatu sistem negara-bangsa karena telah mengakui, bahwa kerajaan tidak dapat lagi memaksakan kehendaknya kepada negara-negara bagian atau wilayahnya. Akan tetapi dapat dilakukan apabila daerah-daerah tersebut mau mengakui atau bergabung ke dalam kerajaan-kerajaan tersebut. Bahkan, dalam Perjanjian Westphalia ini pun seorang Paus pun sangat dibatasi kekuasaannya

Perjanjian Westphalia dianggap sebagai peristiwa penting dalam sejarah negara modern. Sebabnya adalah :
1. Selain mengakhiri perang 30 tahun, Perjanjian Westphalia telah meneguhkan perubahan dalam peta bumi politik yang telah terjadi karena perang itu di Eropa .
2. Perjanjian perdamaian mengakhiri untuk selama-lamanya usaha Kaisar Romawi yang suci
3. Hubungan antara negara-negara dilepaskan dari persoalan hubungan kegerejaan dan didasarkan atas kepentingan nasional negara itu masing-masing
Menurut Suwardi Wiriaymadja, Perjanjian Westphalia dapat dikatakan telah mengesahkan suatu sistem negara-bangsa karena telah mengakui bahwa empire (negara) tidak dapat lagi memaksa kesetiaan dari negara-negara bagian-nya, dan bahwa Paus tidak dapat melaksanakan kekuasaanya dimana-mana, meskipun dalam soal-soal spirituil.
Perjanjian Westphalia meletakan dasar bagi susunan masyarakat Internasional yang baru, baik mengenai bentuknya yaitu didasarkan atas negara-negara nasional (tidak lagi didasarkan atas kerajaan-kerajaan) maupun mengenai hakekat negara itu dan pemerintahannya yakni pemisahan kekuasaan negara dan pemerintahan dari pengaruh gereja

Negara Modern

Konsep negara modern saat ini memang merupakan buah hasil dari Perjanjian Westphalia 1648. Pada masa inilah terbentuknya sebuah konsep negara yang berdaulat dan identitas sebuah bangsa didalamnya. Perubahan politik apa yang pada dasarnya terjadi dari masa pertengahan hingga ke masa modern?, Jawaban singkatnya adalah pada akhirnya ia mengkonsolidasikan aturan nilai-nilai tersebut dalam kerangka sosial yang merdeka dan bersatu, yaitu negara yang berdaulat[3].
Perjanjian Westphalia telah memberikan sebuah pondasi dasar bagi konsep negara modern khususnya mengenai negara sekuler. Mengakui kedaulatan wilayah lain dan tidak lagi memaksakan kehendak wilayah lain. Perjanjian Westphalia mencoba mengkonsolidasikan aturan yang lebih jelas dan membatasi adanya kekuasaan yang berlebihan kepada penguasa. Jika dalam era modern saat ini, bisa dikatakan hamper mirip dengan sistem demokrasi. Dengan adanya Perjanjian Westphalia, batas yang mencakup kedaulatan wilayah menjadi semakin jelas. Sehingga meminimalisasi pencaplokan wilayah. Implementasinya adalah negara-negara modern saat ini memiliki batas-batas wilayah yang nyata dan jelas.
Perjanjian Westphalia telah membuat banyak perubahan dalam bentuk negara modren ini meliputi :
1. Tumbuhnya reperesentative goverment
2. Terjadi revolusi industri.
3. Perkembangan hukum internasioanal
4. Perkembangan metode-metode dan teknik diplomasi
5. Dalam bidang ekonomi antar negara bangsa terjadi saling ketergantungan.
6. Timbulnya prosedur-prosedur untuk menyelesaikan konflik secara damai
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa konsep kekuasaan, kedaulatan pada era sebelum sampai Westphalia 1648 hingga konsep negara modern sedikit banyak telah memiliki banyak sekali perubahan dalam berbagai hal



REFERENSI :
[1] Georg Soerensen, dan Robert Jakcson, 2005, Pengantar Studi Hubungan Internasional, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, hal. 17
[2] Ibid, hal. 20
[3] Ibid, hal. 19

Saturday, 26 February 2011

Perkembangan Global Issue

By : Triono Akhmad Munib

The world was had been changed post cold-war. State attitude and
the issue was also changed


Kutipan di atas merupakan sedikit cuplikan hipotesa penulis memaknai perubahan isu global dewasa ini. Setiap fenomena bisa dikatakan sebagai sebuah isu apabila fenomena itu paling tidak memenuhi kriteria di bawah ini[1] :
1.Fenomena tersebut merebut atau menjadi perhatian para elit pembuat kebijakan dari berbagai negara atau negara-negara yang terlibat dalam perdebatan isu tersebut
2.Fenomena tersebut secara terus menerus terliput oleh media massa dunia.
3.Fenomena tersebut secara terus menerus menjadi objek studi, penelitian, dan perdebatan para ilmuwan, professional, dan para pakar dalam masyarakat internasional.
4.Fenomena tersebut muncul sebagai agenda dalam organisasi internasional
Terkait dengan tema yang akan ditelaah lebih lanjut oleh penulis mengenai perkembangan isu global. Perlulah di sini kita membandingkan isu-isu yang berlangsung di masa lalu dan kontemporer

Perang Dunia hingga Perang Dingin
Di era Perang Dunia I (1914-1918), Perang Dunia II (1939-1945), dan Perang Dingin (1947-1991) keamanan negara menjadi sebuah hal yang sangat diagung-agungkan pada saat itu. Keamanan negara memenuhi agenda pembuatan kebijakan oleh para elit. Setiap berita yang muncul di media massa tak lain adalah masalah aktivitas militer dan tingkah laku militer negara. Ketika sebuah negara ingin mengamankan kedaulatannya sehingga implementasinya pasti ia meningkatkan aktivitas, pendanan maupun inovasi dalam bidang militer. Parahnya, negara tetangga dan akhirnya diikuti oleh negara lain pun melakukan hal yang sama. Si vis pacem, para bellum. Istilah inilah yang menghantui negara-bangsa di era itu yang artinya jika Anda ingin mendambakan perdamaian, bersiap-siaplah untuk berperang.
Tak ada hal lain yang penting selain mengamankan sebuah negara. Walaupun mengorbankan sektor lain, bahkan rakyatnya sendiri. Semua warga diwajibkan militer dan siap mati demi negara. Dan membunuh adalah hal yang halal dalam perang. Penghargaan atas Hak Asasi Manusia (HAM) mungkin masih belum populer. Dengan semakin seringnya isu keamanan muncul di media. Memenuhi agenda dalam setiap pembuatan kebijakan oleh elit politik. Kosep keamanan negara telah menjadi sebuah isu global di masa itu. Sehingga menurut penulis, di era ini konsep keamanan dan perang merupakan sebuah cara yang dilakukan oleh negara untuk mencapai tujuannya. Namun, dalam perkembangannya isu menjadi semakin kompleks. Perang bukan lagi sebuah mean bagi state untuk mencapai tujuan

The End of Cold War
Berakhirnya Perang Dingin merupakan titik dunia hubungan internasional beserta diskursus barunya. Pasca Perang Dingin bisa dilihat benar-benar dunia internasional menunjukkan gairahnya yang tak lagi memfokuskan dirinya pada perang dan keamanan. Ini tak lain juga karena semakin munculnya aktor-aktor baru yang tak lagi didominasi oleh state. Dinamika masyarakat pun semakin kompleks dengan membawa serentetan fenomena baru. Masalah-masalah yang dihadapi di era yang semakin canggih dan modern membuat para elit pembuat kebijakan diharuskan sedikit mengeyampingkan agenda militernya. Dahulu keamanan sebuah negara diukur oleh kuatnya militer mereka. Konsep keamanan pun semakin luas dan meliputi banyak hal. Serangan musuh di era ini tidak bisa diterjemahkan secara sederhana lagi seperti di masa Perang Dunia. Di mana, musuh secara jelas membombardir negara. Namun, semakin canggihnya teknologi informasi serangan musuh bisa berasal dari dunia maya (cyber attack). Sedikit mengingat berita bocornya kawat dan informasi diplomatik AS oleh WikiLeaks beberapa bulan lalu. WikiLeaks bukanlah sebuah entitas state. Dia adalah sebuah website dan dikelola orang perseorangan. Tetapi betapa dahsyatnya aktor non-state itu mengancam keamanan negara adidaya sebesar AS. Timbul pertanyaan, apakah AS akan membalas WikiLeaks dengan militer?. Atau membombardir?. Menyatakan perang dengan WikiLeaks?. Tentu tidak, ini adalah dunia maya. Yang harus dilakukan AS adalah bagaimana bisa menghentikan server provider website tersebut bukan dengan militer, melainkan harus bekerjasama dengan para hacker

Perdagangan Organ
Perdagangan organ tubuh manusia sekarang udah jadi isu keamanan non-tradisional yang sangat penting dan mengundang perhatian dari seluruh negara di dunia. Berdasarkan pengamatan World Health Organization (WHO), pencarian organ tubuh di dunia semakin meningkat. Dikarenakan semakin banyak orang yang terkena penyakit ginjal sementara ginjal yang tersedia terbatas. Bahkan, pada tahun 2005, hanya 10% kebutuhan ginjal dunia yang dapat dipenuhi. Akibatnya, perdagangan ginjal secara illegal pun semakin marak di dunia. Nancy Scheper-Hughes, pendiri Organs Watch, mengatakan bahwa berdasarkan perkiraan konservatif yang ditemukan, angka perdagangan ginjal adalah sebesar 15.000 per tahun. Dalam penelitian ini, disebutkan bahwa China, Israel, Mesir, Afrika Selatan, Indonesia, India, Filipina, Pakistan, Israel, dan Irak adalah negara-negara yang banyak memperdagangkan organ tubuh manusia. Di China, pemerintahnya memilih untuk lebih banyak menggunakan organ-organ tubuh para pejuang Falun Gong guna dijual bebas kepada pihak yang membutuhkan organ tubuh secara cepat. Bukan hanya ginjal saja, namun juga kornea mata, hati, dan organ-organ lain[2].
Israel pun juga kerap menggunakan organ-organ tubuh para pejuang Palestina untuk dijual[3]. Sementara itu, di India, banyak orang menggunakan ginjal mereka sebagai penebus hutang terhadap rentenir. Ginjal tersebut kemudian dijual kepada orang-orang kaya di Sri Lanka, Bangladesh, negara-negara Teluk, Inggris, dan AS[4]. Permasalahan ini tentu saja membuat gerah banyak pihak -termasuk juga WHO.
Selama ini, kita mepersepsikan keamanan biasanya ditangani dalam konteks hubungan antar negara, yaitu buat ngejaga dan ngelindungi keamanan sesuatu negara dari ancaman (khususnya ancaman militer) yang datang dari negara lain (ini yang dinamakan Keamanan Tradisional). Namun, dengan munculnya kesadaran bahwa ancaman keamanan datangnya tidak hanya dari negara (tapi ada yang berasal dari isu-isu lain yang sifatnya non-militer), maka konsep keamanan yang bersifat militer pun bergeser jadi konsep keamanan yang lebih luas (kejahatan transnasional, terrorisme, perdagangan obat-obatan terlarang, lingkungan, pelanggaran HAM, dsb). Inilah yang kemudian disebut sebagai Keamanan Non Tradisional. Awalnya, isu perdagangan organ tubuh manusia ini bukan isu keamanan yang bersifat global. Naumn, dengan semakin meningkatnya pengaruh globalisasi, semakin cepatnya arus informasi, serta semakin berkembangnya teknologi, masalah ini kemudian mencuat dan menarik perhatian dunia.
Di atas adalah sedikit contoh semakin berkembangnya isu dewasa ini. Dimulai dengan pembukaan pasca Perang Dingin. Sekali lagi, penulis menanyakan kembali. Apakah perdagangan organ yang sudah menjadi sebuah isu global, negara akan menghadapinya dengan militer atau perang?

Referensi :
[1]DR. Anak Agung Banyu Perwita, dan DR. Yanyan Mochamad Yani. 2005. Pengantar Ilmu Hubungan Internasional. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, hal. 135.
[2]http://dunia.vivanews.com/news/read/85587_terungkap__cangkok_organ_tubuh_milik_penjahat
[3]http://www.suaramedia.com/berita-dunia/timur-tengah/9886-perampok-mayat-profesi-baru-tentara-zionis.html
[4]Berdasarkan penelitian dari Lawrence Cohen, professor antropologi di UC Berkeley

Thursday, 24 February 2011

Modernisasi Membawa India Menjadi Kekuatan Global Baru

By : Triono Akhmad Munib

Republik India adalah sebuah negara di Asia yang mempunyai jumlah penduduk terbanyak kedua di dunia, dengan populasi lebih dari satu milyar jiwa, dan adalah negara terbesar ketujuh berdasarkan ukuran wilayah geografis. Jumlah penduduk India tumbuh pesat sejak pertengahan 1980-an. Ekonomi India adalah terbesar keempat di dunia dalam PDB, diukur dari segi paritas daya beli (PPP), dan salah satu pertumbuhan ekonomi tercepat di dunia
Seluruh negara-negara bagian India di utara dan timur laut dibentuk oleh Banjaran Himalaya. Wilayah lainnya terdiri dari hamparan Indo-Gangetik yang subur. Di sebelah barat yang berbataskan Pakistan tenggara terdapat Gurun Thar. Semenanjung India di selatan hampir seluruhnya merupakan bagian dari hamparan Dekan (Deccan). Di kedua sisi hamparan ini terdapat dua banjaran pesisir yang berbukit-bukit, Ghats Barat dan Ghats Timur.India mempunyai beberapa sungai besar seperti Sungai Gangga, Brahmaputra, Yamuna, Godavari, dan Krishna. Sungai-sungai tersebutlah yang menyebabkan suburnya hamparan-hamparan di sebelah utara India sehingga cocok untuk ditanam.
Kebudayaan India penuh dengan sinkretisme dan pluralisme budaya. Kebudayaan ini terus menyerap adat istiadat, tradisi, dan pemikiran dari penjajah dan imigran sambil terus mempertahankan tradisi yang sudah mapan dan menyebarluaskan budaya India ke tempat-tempat lain di Asia. Orang India sangat menghargai nilai-nilai kekeluargaan tradisional. Walaupun demikian, rumah-rumah di perkotaan sekarang lebih sering hanya didiami oleh keluarga inti. Hal ini disebabkan keterbatasan ekonomi dan sosial untuk hidup bersama dalam sebuah keluarga besar. Di kawasan pedesaan masih umum dijumpai anggota keluarga dari tiga hingga empat generasi yang tinggal di bawah satu atap. Masalah-masalah yang timbul dalam keluarga sering diselesaikan secara patriarkisme. Mayoritas terbesar orang India menikah setelah dijodohkan oleh orang tua mereka atau anggota keluarga yang dituakan, namun dengan persetujuan pengantin pria dan pengantin wanita. Pernikahan dipandang sebagai ikatan seumur hidup, dan angka perceraian sangat rendah. Walaupun demikian, pernikahan dini masih merupakan tradisi yang umum. Separuh dari populasi wanita India menikah sebelum mencapai usia 18 tahun yang merupakan usia dewasa menurut hukum
Orang India terkenal sangat menghargai dan menjunjung tinggi nilai budaya tradisional. Tetapi itu tidak menjadikan suatu faktor utama untuk melakukan modernisasi di berbagai bidang. India telah menggeliat menjadi kekuatan baru di Asia dengan menerapkan pembangunan ke arah modernisasi

Modernisasi Di India
Modernisasi Bidang Teknologi Informasi
Perancangan Layanan Jauh

Pertarungan pada abad ke-20 ini adalah pertarungan ide, yang menghasilkan nilai ekonomi tinggi. Ide melahirkan inovasi, yang tidak saja dalam bentuk mesin tetapi ide-ide baru, yang terus-menerus melahirkan sektor jasa yang baru. Sektor pertanian dan industri di India bukan lagi menjadi andalan utama perekonomian, Ke depan, masyarakat global akan menjadi tergantung pada kegiatan industri berbasis pengetahuan. Sesuai dengan syarat manusia modern di atas yang diungkapkan Inkeles dan Smith adalah terbuka terhadap hal-hal dan pengetahuan baru. India memiliki keunggulan komparatif soal itu karena ketersediaan pekerja dengan kemampuan berbahasa inggris
Di antara beberapa negara berkembang, India tergolong terdepan soal teknologi informasi. Bahkan menakutkan negara-negara maju. Menurut analis J. P. Morgan, India dengan penduduknya yang mayoritas berusia muda dan berpengetahuan tinggi, maka dalam 20-30 mendatang India diunggulkan dalam pelayanan berbasis teknologi informasi dan layanan jarak jauh[1]. Hal tersebut terbukto dengan semakin banyaknya Bank Sentral India yang memindahkan pusat panggilan (call centre) dari Amerika Serikat (AS) ke India. Contohnya, nomor panggilan bebas pulsa 1-800-xxx untuk American Express Bank, yang tadinya bermarkas di AS, kini telah dipindahkan ke India. Nomor seperti itu biasanya merupakan akses untuk mendapatkan informasi soal perusahaan dan lainnya
Ke depan, yang akan terjadi bukan lagi sekadar pemindahan tugas dari luar India ke India hal sebaliknya pun juga akan terjadi, Ahli-ahli India memberikan pelayanan jasa-jasa India ke negara-negara lain tanpa harus terjadi perpindahan atau migrasi warga India ke negara lain. Di India akan direncanakan pelayanan konsultasi perpajakan, keuangan, pendidikan jarak jauh dengan sistem seperti di Barat. Semuanya berlangsung lewat jaringan teknologi informasi

Pembuatan Satelit Angkasa Mikro
Satelit mikro menjadi pilihan, karena teknologi meskipun maju namun relatif sederhana sehingga mudah dikuasai oleh tenaga ahli India, aplikasi teknologi luas, dan biaya pembuatan dan peluncurannya tergolong murah. Satelit ini berukuran kecil, yaitu 32x32x32 cm3 dan berat tidak sampai 45 kilogram. Satelit ini dapat dimuati berbagai muatan seperti sensor penginderaan jauh untuk pengamatan lingkungan, sistem telekomunikasi store and forward untuk hubungan data antar daerah terpencil, dan Global Positioning System (GPS) untuk koreksi geometri data citra penginderaan jauh bagi navigasi satelit India telah berhasil membuatnya. Satelit mikro India tersebut bernama Cartosat-2 dan Satellite Recovery Experiment. Satelit mikro tersebut membantu India mempermudah menganalisa pencitraan udara, telekomunikasi jarak jauh, internetisasi, dan mempercepat pengirim data digital antar negara bahkan antar benua.

Pembangunan Banglore Menjadi Kota Modern

Di kota ini, khususnya di Lembah Silikon, kantor perusahan teknologi informasi terbesar dunia didirikan, yaitu Mircrosoft dan IBM. Dengan penerapan teknologi informasi di berbagai bidang telah menjadikan Banglore menjadi kota “TI-nya India”. Hotel di kota ini sangat modern. Papan tulisan do not disturb atau clean up the room seperti di hotel-hotel Indonesia sudah tidak ditemukan. Bukan karena hotel di India tidak bisa membuatnya melainkan sistemnya sudah sangat modern. Semuanya tersedia dalam sebuah panel kecil berukuran palmtop atau seukuran telapak tangan yang diletakkan di atas meja kerja kamar berdampingan dengan pesawat telepon. Di sini, penyewa kamar tinggal tekan perintah di atas slot gesekan kunci elektronik, layar mungil berhuruf digital merah akan menyala. Petugas hotel di ruang control segera mengetahui dan memonitor keinginan penghuni hotel. Perintah berlaku pula untuk beker morning call. Kalau ingin kamar dibersihkan, petugas dari ruang control hotel akan meneruskan pesan kepada room boy untuk segera membersihkan kamar. Jadi, tidak perlu ada karton bergelantungan di pegangan pintu luar kamar Hampir semua perusahaan teknologi informasi membuak kantor dan perusahaannya di Banglore juga pabrik-pabrik otomotif. Tidak heran kalau kota ini dijuluki byte-basket India[2]

Modernisasi Industri Otomotif

Industri otomotif di India dewasa ini mulai bangkit menjadi industri palig berkembang dan kompetitif setelah teknologi informasi. Apabila hingga tahun 1982 baru ada tiga pabrikan otomotif, yaitu Hindustan Motors, Premier Automobiles, dan Standard Motors. Dewasa ini total teradapat 12 pabrikan kendaraan penumpang, 5 pabrikan kendaraan serba guna (MUVs), 9 pabrikan kendaraan roda dua, 5 pabrikan kendaraan roda tiga, 14 pabrikan traktor, dan 5 pabrikan mesin[3]. Hampir semua produsen mobil terkemuka dunia sudah membangun fasilitas produksi di India dan menjadikan negara itu sebagai pusat produksi mereka untuk memenuhi pasar lokal maupun ekspor. Total investasi di sektor ini sudah mencapao 50.000 crore rupee (setara 11, 218 miliar dollar AS).
Perkembangan industri otomotif di India juga tak lepas dari dukungan pabrikan komponen industri tersebut. Ketersediaan tenaga kerja dan terampil yang melimpah serta kekuatan di bidang teknologi informasi dan elektronik menjadi suatu lompatan besar yang dibuat India dalam bidang industri komponen. Dewasa ini, indutsri-industri komponen di India melakukan modernisasi di segala bidang sehingga mampu menghasilkan semua komponen yang dibutuhkan berbagai jenis merek kendaraan bermotor serta melayani semua kebutuhan pabrikan mobil lokal maupun asing di India. Tidak hanya itu, perusahaan komponen tersebut juga melakukan outsourcing komponen dari dalam atau luar negeri.
Kini ada sekitar 420 perusahaan kunci di sektor komponen otomotif. Perusahaan-perusahaan tersebut telah menyumbang sebesar 85% lebih dari total output komponen. Di luar itu, masih ada 10.000 lebih perusahaan kecil yang juga menjadi bagian penting dari mata rantai industry komponen otomotif India

Modernisasi Bidang Perfilman

Industri perfilman pun juga mulai melakukuan modernisasi mulai dari alat-alat perekam, sistem suara hingga teknik editing. Modernisasi dalam perfilman tersebut akhirnya membawa film-film India menjadi box office di dunia. Industri film India adalah industriu layar lebar terbesar di dunia menyangkut jumlah produksi setiap tahunnya. Menurut data dari Central Board of Film Certification of India, pada tahun 2003 telah diputar 877 film cerita India di bisokop-bioskop. Jika dibandingkan dengan data dari Motion Picture Association of America (MPAA) yang mengeluarkan 473 film cerita produksi AS pada tahun yang sama. Ini menunjukkan geliat industri perfilman India semakin gencar memproduksi film. Dengan adanya modernisasi di bidang industri film ini, India berhasil mengumpulkan pundi-pundi uang darinya. Menurut catatan United Kingdom Film Council diketahui bahwa pada tahun 2001 pendapatan India dari industri budaya ini total sebesar 1,01 miliar dollar AS yang terdiri dari penjualan tiket dalam negeri sebesar 809 juta dollar AS dan ekspor film India yang mencapai 117,9 juta dollar AS
Industri film India sering kali disebut sebagai Bollywood, untuk menganalogikannya dengan Hollywood AS. Sesungguhnya Bollywood adalah salah satu unsur penting yang membentuk seluruh struktur industry perfilman India. Bollywood menunjuk kepada terminology film-film berbahasa Hindi, bahasa nasional India. Tetapi saat ini film Bollywood sudah memasukkan unsur bahasa Inggris di dalamnya sebagai indikator modernisasi, seperti film My Name is Khan yang mengambil latar tempat di kota Washington DC AS dan film 3 Idiots.
Kemajuan industri perfilman di India lagi-lagi tak lepas dari adanya modernisasi yang dilakukan pemerintah India dalam bidang teknologi informasi. Reputasi teknologi informasi India turut mempengaruhi berkembangnya pusat-pusat industri outsourcing untuk teknologi perfilman. Salah satu bidang yang dimanfaatkan oleh perusahaan-perusahaan asing, terutama AS dan Eropa, adalah teknologi animas dan special effect film. Perusahaan-perusahaan asing tersebut memakai jasa outsourcing India karena alasan lebih modern dan India mematok harga 75% lebih murah dibandingkan dengan perusahaan AS. Film-film produksi Hollywood seperti Sinbad dan Ali Baba and The Forty Thieves, menyewa perusahaan outsourcing dari India untuk animasi dan special effect film.

Modernisasi Bidang Pertanian
Komisi Perencanaan India menggambarkan sektor pertanian dalam empat dekade terakhir sebagai sebuah kisah sukses besar (a saga of success) dari India. Dari negara yang semula sangat bergantung pada pangan impor untuk bisa membei makan penduduknya, India dewasa ini tidak hanya swasembada padi-padian (grain), tetapi juga mampu menimbun stok dalam jumlah yang fantastis (di atas 40 juta ton pada tahun 2000). Produksi padi-padian termasuk gandum dewasa ini di India di atas 200 juta ton, atau empat kali lipat lebih dibandingkan tahun 1950-an. India sekarang ini adalah produsen padi-padian terbesar dunia dan eksportir beras terbesar kedua dunia setelah Thailand.
Keberhasilan pertanian India tersebut tidak lepas dari modernisasi yang dinamakan Revolusi Hijau di India. Sebelum program Revolusi Hijau diperkenalkan, India adalah langganan beberapa peristiwa kelaparan besar. Salah satunya adalah kelaparan pada tahun 1943-1944 yang menewaskan hamper 3 juta penduduk Bengali. Tiga tokoh penting dalam Revolusi Hijau adalah C. Subramaniam (Menteri Pertanian Pusat tahun 1965), Benyamin Peary Pal (Direktur Jenderal Indian Council for Agricultural Research and Indian Agriculture Research Institute), dan M. S. Swaminathan
Subramaniam melakukan modernisasi di bidang pembuatan pupuk dan obat-obatan, teknik pembangunan sistem kanal dan sumur dalam untuk irigasi, dan mendirikan lembaga khusus untuk informasi pertanian. Sedangkan B. P. Pal melakukan modernisasi bibit pertanian dan ia berhasil mengembangkan varietas gandum unggul, seperti New Pusa 809, Pusa Sonora, Malavika, dan Klayan Sona. Melalui modernisai dalam berbagai bidang di atas telah membawa India bsia berswasembada pangan bahkan bisa mengekspor hasil pertanian

Modernisasi Bidang Farmasi
Industri farmasi India dalam tiga dekade terakhir bisa dikatakan sangat spektakuler. Dari yang semula indstri yang nyaris tidak eksis pada tahun1970-an, kini menjadi salah satu pemain global yang patut diperhitungkan. Industri farmasi India bukan hanya mampu memenuhi hamper seluruh kebutuhan dalam negeri (95 %), tetapi dewasa ini juga telah memasok 40% kebutuhan dunia untuk obat-obatan dalam bentuk curah (bulk). Ekspor produk farmasi India tidak hanya ke negara-negara berkembang tetapi juga AS, Kanada, Jerman, Perancis dan negara Amerika Latin . Sukses industri farmasi India juga tak lepas dari modernisasi yang telah diterapkannya. Indutsri ini berhasil melakukan lompatan kelas, dari yang semula sekadar sebagai industri pengolahan (processing) menjadi industri yang sangat canggih (shopisticated) dengan teknologi manufaktur yang sangat maju, peralatan yang modern, dan kontrol kualitas yang ketat.
Ekspor produk obat-obatan India, menurut data Direktorat Intelijen Komersial dan Statistik (DGCIS), meningkat 15,57% selama kurun1999-2000, 20,73% pada 2000-2001, 11,13% pada 2001-2002, dan 21,2% pada 2002-2003. Dewasa ini, setidaknya ada 20.000 perusahaan farmasi India yang 260 diantaranya skala besar dan menengah. Dari jumlah ini, sekitar lebih dari 45 perusahaan sudah mendirikan cabang atau fasilitas di luar negeri
Nama-nama besar seperti Ranbaxy, Dr. Reddy’s, Wockhardt, Cipla, Nicholas Piramal. Lupin Laboratories, dan Sun Pharmaceutical Industries bukan lagi nama asing di jajaran pemain global dunia. Cipla adalah salah satu produsen anti-HIV termurah di dunia

Modernisasi Membawa India Menjadi Kekuatan Baru di Asia

Modernisasi India dimulai dari dunia pendidikan dengan mencetak tenaga ahli bidang teknologi informasi. Hingga tercipta apa yang dinamakan Lembah Silikon India (Silicon Valley of India). Di Lembah Silikon ini berdiri sekitar 200 industri besar peranti lunak (software) dan peranti keras (hardware) computer. Sepak terjang India ternyata tidak hanya pada teknologi informasi. Dalam bidang otomotif pun India melakukan modernisasi terhadap sistem perakitan dan manufaktur komponen. Dikarenakan mesin komponen produksi otomotif yang semakin canggih membuat hampir semua produsen mobil terkemuka di dunia memesan di India.
Disamping itu, India juga unggul dalam industri perfilman. Teknik-teknik perfilman yang semakin canggih di India membuat film-film Hollywood mempercayakan jasa animasi dan special effect film kepada perusahaan-perusahaan editing di India. Kini, India menjadi sebuah bangsa : from famine to plenty, from humilitation to dignity (dari kelaparan menjadi keberlimpahan, dari dipermalukan menjadi bermatabat). Modernisasi telah merubah India yang dulu dengan status negara miskin, sekarang menjadi calon pemain baru di dunia global. India kini menjadi perbincangan dunia, bahkan semakin mengkhawatirkan negara-negara maju. Diprediksikan ke depan, India bersama China akan menjadi kekuatan setara dengan AS dan Uni Eropa tidak hanya dalam bidang teknologi, namun bidang ekonomi pula.

Referensi :
[1] Kompas, 2007, India Bangkitnya Raksasa Baru Asia Calon Pemain Utama Dunia di Era Globalisasi, Jakarta : PT. Kompas Media Nusantara, hal 41
[2]Ibid, hal 67
[3]Ibid, hal 83

Review Posmodernisme

By : Triono Akhmad Munib

Posmodernisme terlahir dari beberapa teoritisi sosial yang sebenarnya masih berhubungan dekat dengan teori-teori kritis. Jika teori kritis mendapat sumbangsih dari kelompok filsuf Jerman yang bernama Frankfurt, posmodernisme banyak bersumber dari filsuf Perancis pasca perang yan gmenentang eksistensialisme yang dominan. Beberapa tokoh terkenal yang mempopulerkan posmodernisme adalah Michel Foucault (1926- 1984), Jacques Derrida (1930), Jean-Francois Lyotard, dan Jean Baudrillard.

Posmodernisme mulai masuk ke dalam kajian studi hubungan internasional pada tahun 1980. Teoritisi posmodern terkemuka di HI bernama Richard Ashley dan Robert B.J Walker. Upaya yang dilaikuakan oleh kaum posmodernis ialah : membuat ilmuwan sadar atas penjara konseptualnya (penjara konseptual bersumber dari modernitas itu sendiri, yang berusaha membawa kemajuan dan kehidupan lebih baik), membuang keraguan dalam kepercayaan modern bahwa ada pengetahuan obyektif atas fenomena sosial. Posmodern juga dijelaskan sebagai ‘ketidakpercayaan menuju metanaratif’. Metanaratif berarti pemikiran seperti neorealisme atau neoliberalisme yang menyatakan telah menemukan kebenaran tentang dunia sosial.

Genealogi dan Double Reading

Genealogi adalah suatu bentuk sejarah yang mengartikan atas hal-hal yang berada di luar sejarah, termasuk hal-hal atau pemikiran yang telah terkubur, tertutup, atau hilang dari pandangan dalam tulisan dan penciptaan sejarah. Genealogi menegaskan bahwa semua pengetahuan berada dalam waktu dan tempat tertentu serta muncul dari perspektif tertentu.

Membahas mengenai tekstual, Der Derian (1989 : 6) mengemukakan bahwa posmodernisme mengekpos ‘textual interplay behind power politics’. Tekstualitas ialah konsep khas dalam posmodernisme. Di dalam buku Of Grammatology (1974), Derrida meredefinisi teks yang sebenarnya berimplikasi pada keadaan dunia. Dia bahkan yakin akan keberadaan dunia nyata sebagai teks, mencantumkan pengalaman interpretatif. Tekstual ‘interplay’ dianggap sebagai pelengkap dan relasi konstitutif yang secara timbal balik menimbulkan adanya interaksi antar perbedaan interpretasi di dunia. Untuk mengujinya, digunakanlah strategi dekonstruktif dan pembacaan ganda. Tekstual yang berinteraksi secara dinamis mampu menghasilkan inter-tekstual di mana kajian hubungan internasional lebih dipandang sebagai studi multi perspektif. Semakin variatif pendekatan yang dipakai, semakin kompleks pula analisis yang dikontribusikan ke dalam diskursus hubungan internasional.

Walaupun bersifat alternatif, teori posmodern perlu dipertimbangkan sebagai analisis kritis dan emansipatoris dalam menanggapi isu yang dihasilkan dari teori tradisional tersebut. Contohnya saja, pandangan inter subyektif dari setiap manusia tentang pemanasan global. Pada umumnya, komunitas internasional percaya bahwa fenomena pemansan global merupakan dampak keserakahan manusia dalam mengeksploitasi sumber daya yang ada. Padahal, justifikasi tersebut belum pasti mutlak secara alamiah, posmodernis menganggap bahwa dampak pemanasan global diciptakan dari maksud-maksud terselubung dari ‘propaganda’ kaum elite politik.

Posmodernisme memandang hakikat dalam hubungan internasional adalah gerakan emansipatoris yang menentang sebuah kemapanan yang telah memenjarakan mereka. Posmodernisme mengajak individu untuk berpikir lebih dalam lagi terhadap kebenaran yang mereka terima

Saturday, 19 February 2011

Genghis Khan dan Terbentuknya Negara-Bangsa

By : Triono Akhmad Munib

“Dari permulaan yang biasa dan pasukan suku yang berjumlah kecil
dan sempat direndahkan serta dikecewakan. Kini, Genghis Khan menjadi
orang yang paling berpengaruh dan ditakuti di seluruk kawasan Asia”

Di atas merupakan sekilas cuplikan kesimpulan yang bisa diambil penulis setelah membaca dan menonton film biografi Genghis Khan. Namun, alangkah baiknya kita sedikit mengulas kembali siapa sebenarnya dia?. Dan cerita apa yang pernah ia bukukan dalam sejarah dunia?
Nama Genghis Khan sendiri sebenarnya adalah sebuah gelar yang diberikan kaum Mongol kepada seorang pemimpinnya. Genghis Khan bernama asli Temujin. Nama Temujin itu sendiri merupakan sebuah nama musuh yang pernah dikalahkan oleh ayahnya. Temujin lahir di tahun 1162 dan memiliki sebuah keanehan. Ia menggenggam sebuah gumpalan darah di telapak tangan kanannya yang konon menurut mitos, ia merupaka reinkarnasi seorang iblis yang kelak akan menaklukkan dunia. Suatu ketika, Temujin dikirim keluar suku untuk menemui Borte, seorang putri dari suku Onggirat yang akan dijodohkan dengannya. Tepat saat ia pulang dari menemui Borte, ia melihat ayahnya mendekati kematian. Ayahnya diracun oleh musuhnya. Sang ayah sempat menitipkan sebuah pesan kepada Temujin sebelum meninggal untuk balas dendam dan menghancurkan musuh ayahnya kelak. The story was begin from here…
Waktu terus berlalu dan kini sudah saatnya Temujin menggantikan ayahnya untuk memimpin sukunya. Temujin memiliki seorang saudara dekat yang bernama Jamuka. Bersama dengan Jamuka, ia berhasil merebut kembali hak kekuasaan atas sukunya dan menyatukan jazirah Mongol yang pernah didirikan oleh ayahnya dahulu. Perlahan-lahan kekuasaan Temujin pun menjadi semakin bersar. Ia berhasil menaklukkan suku-suku di sekitar jazirah Mongol dan menyatukannya menjadi sebuah Perserikatan Mongolia. Satu hal yang menarik di sini adalah Temujin selalu mempersunting putri dari ketua suku yang ditaklukannya. Sehingga dalam sebuah film biografinya disebutkan bahwa setidaknya jika populasi manusia dunia ini diteliti genetisnya akan diketemukan sifat genetis Temujin. Karena keberhasilannya membentuk Perserikatan Mongolia dan kharismanya sebagai seorang pemimpin inilah suku-suku yang tergabung dalam wilayah taklukannya memberinya gelar “Genghis Khan”.
Dalam sejarahnya, musuh terbesar Temujin adalah saudaranya dekatnya sendiri, yaitu Jamuka. Pernah suatu ketika terjadi perselisihan paham antara Temujin dan Jamuka sehingga berdampak pada keluarnya Jamuka dari kesatuan pasukan Temujin dan membentuk armada perang sendiri. Suatu ketika, Jamuka berniat menyerang Temujin dan hasilnya pasukan Jamuka berhasil memporak-porandakan pemukiman Temujin serta menculik istrinya, Borte. Dalam serang yang membabi buta tersebut, Temujin berhasil lolos. Namun, ia mendengar bahwa para jenderal perangnya tertangkap oleh pasukan Jamuka dan dibunuh dengan sangat sadis dengan merebus di tungku panas. Mendengar berita itu, Temujin sangat marah besar. Pada saat inilah bisa dikatakan menjadi titik balik kebangkitan pasukan perang Temujin. Ia bertekad dalam hatinya bahwa kelak pasukannya tidak akan direndahkan dan dikalahkan lagi. Temujin mulai membentuk armada perang kembali. Latihan dan perekrutan pun terus dilakukan. Tampaknya, kali ini Temujin benar-benar ingin mewujudkan tekadnya. Ia terus membenahi strategi perangnya.
Tiba saatnya waktu yang telah ditentukan untuk balas dendam kepada Jamuka. Kali ini, pasukan Temujin lebih terogranisir dan siap untuk berperang. Setibanya di bukit stepa pasukan Jamukan pun datang. Jamuka sempat terperangah melihat kesiapan pasukan Temujin dari kejauhan. Semuanya berubah. Semua tampak dipersiapkan dengan matang dan teliti. Perang pun dimulai, pasukan Jamuka kewalahan menghadapi kuatnya pertahanan pasukan Temujin. Dan akhirnya, Temujin memenangkan pertempuran kali ini. Melihat pasukannya kalah, Jamuka melarikan diri. Tetapi pada akhirnya tertangkap oleh pasukan Temujin. Jamuka menyerahkan diri kepada Temujin. Temujin tidak ingin membunuh Jamuka, malah ia ingin Jamuka bergabung dengannya lagi. Namun, Jamuka merasa malu akan pengkhianatannya dahulu. Ia memilih mati tetapi tidak ingin ada pertumpahan darah. Dan ia memilih mati dengan menyuruh pasukan Temujin mematahkan tulang punggungnya. Dan kini jazirah Mongol berada di tangan Temujin.
Berangkat dari kesuksesannya, Temujin berniat meluaskan wilayahnya. Dan kali ini, ia ingin merebut wilayah Cina Utara (Beijing). Waktu perburuan telah tiba, ia dan ribuan pasukannya berangkat menuju ke sana. Sesampainya diperbatasan, Temujin terkejut. Ternyata wilayah Cina Utara yang dikuasai suku Jurchen memiliki peradaban yang jauh lebih unggul. Daerahnya, dikelilingi oleh tembok besar. Tampaknya sistem pertahanan mereka jauh lebih modern. Bagi seorang Temujin dan pasukannya yang biasanya bertempur di padang stepa atau gurun. Kali ini, dihadapkan dengan sistem pertahanan tembok. Situasi ini sempat membuat Temujin bingung. Namun, ia tak kurang akal. Ia melihat bahwa ada satu pintu gerbang untuk bisa masuk ke dalam. Dan daerah perabatasan ini merupakan jalur suplai segala kebutuhan di sana. Maka, strategi yang dipakai Temujin adalah menunggu dan mencegat serta menjarah pasokan kebutuhan yang akan dikirim ke sana. Hasilnya cukup ekstrim. Rakyat dan pasukan perang didalamnya tidak bisa makan dan akhirnya satu persatu mati kelaparan. Bahkan saking laparnya mereka menjadi seorang kanibal. Mereka satu bunuh dan memakan satu sama lain. Temujin, berhasil mengubah wilayah Cina Utara yang dikelilingi tembok menjadi sebuah penjara.
Merasa kekuatan musuh sudah berkurang. Temujin pun memutuskan pasukannya untuk bergerak mendekati tembok. Perang pun pecah. Kedua pasukan menyerang secara membabi buta. Walaupun menang dalam jumlah pasukan. Namun, dari segi persenjataan pasukan Temujin jauh kalah. Pasukan Cina Utara memilik peralatan yang lebih canggih. Bahkan, mereka pun sudah menggunakan bom. Tetapi itu semua tidak membuat Temujin gentar. Ia menyuruh pasukannya memanjat tembok dan terus mendobrak pintu masuk. Hasilnya, peperangan pun dimenangkan pasukan Temujin. Wilayah kekuasaan Temujin menjadi semakin luas, kali ini wilayah Cina Utara menjadi taklukannya dan menggabungkannya ke dalam Perserikatan Mongolia. Ia pun juga melirik Karakorum sebuah wilayah di Mongolia Tengah. Namun, tujuan penaklukkannya kali ini. Genghis Khan mengubah Karakorum menjadi sebuah wilayah yang pusat perdagangan dan budaya. Dari sinilah terbesut pemikiran menjadikan Karakorum sebuah ibukota permanen untuk Perserikatan Mongolia.
Temujin bukan saja seorang pemimpin yang haus darah. Namun, ia juga pemimpin yang haus wilayah kekuasaan. Melihat keberhasilan menaklukkan Cina Utara. Ia pun melirik ke wilayah Barat dan jatuh kepada Persia. Tetapi kali ini, Temujin ingin menjalin hubungan dagang dengan Persia. Ia pun mengutus duta besarnya untuk berdialog dengan pemimpin Persia tetapi duta besar Temujin malah dibunuh. Dan yang membuat Temujin sangat marah adalah potongan kepala duta besarnya dikirim kembali kepadanya. Temujin murka dan merasa diinjak-injak harga dirinya. Ia pun memutuskan menyerang Persia.
Genghis Khan dan dua ratus ribu pasukannya memutuskan untuk berangkat menyerbu Persia. Menurut sejarah, penyerbuan ke Persia inilah merupakan sebuah peperangan yang sangat kejam. Temujin memerintahkan setiap kota di Persia yang tidak mau menyerah akan dibumihanguskan. Lebih dari satu juta penduduk tewas. Dan ia pun berhasil menaklukkan Persia. Genghis Khan pun ingin terus mengekspansi kekuasannya. Dan ia terus bergerak ke Barat sampai pada Moskow (Rusia). Sejarah menjacatat inilah pertama kalinya Genghis Khan mendarat di Benua Eropa. Kali ini kekuasannya melebihi empat kali kekuasaaan Alexander Agung dan dua kali Kekaisaran Roma. Genghis Khan pun ingin terus mengekspansi wilayahnya. Namun, karena kondisi fisiknya yang sudah tua dan lemah. Pada suatu ketika, pada saat perjalanan untuk operasi penaklukkan. Genghis Khan terjatuh dari kudanya. Dan itulah akhir dari hidup seorang Genghis Khan. Sampai saat ini misteri kuburan Genghis Khan masih belum diketemukan. Konon, orang-orang yang mengantarkan jenazah Genghis Khan dibunuh satu per satu oleh orang terdekat Genghis Khan sebelum akhirnya ia pun bunuh diri. Sampai saat ini tak ada satu pun yang tahu misteri kuburan Genghis Khan
Sebelum meninggal ia sempat berpesan kepada putra tertuanya, yaitu Ogodei untuk terus melakukan ekspansi. Namun, Ogodei tak sehebat sang ayah. Ia pun tak berhasil menaklukkan keseluruhan Benua Eropa. Wilayah kekaisaran Mongol pun mulai pecah satu persatu dan mencatat sejarahnya.

Terbentuknya Negara-Bangsa
Dari rangkuman kisah Genghis Khan di atas, kita bisa mengambil sebuah hikmah yaitu tentang terbentuknya sebuah bangsa dan negara. Jika menurut Ernest Renan, seorang filsuf berkebangsaan Perancis berpendapat bahwa hakikat sebuah bangsa terbentuk karena adanya keinginan untuk hidup bersama dengan perasaan kesetiakawanan yang agung. Ataupun menurut John Locke, seorang filsuf berkebangsaan Inggris yang mengatakan bahwa negara terbentuk oleh karena adanya sebuah perjanjian bersama. Jika kita benturkan dengan fenomena Genghis Khan di atas, menurut penulis kedua pendapat filsuf kurang bisa menjelaskan. Menurut penulis, Genghis Khan membentuk sebuah bangsa yang bernama bangsa Mongol justru dari penaklukan berbagai suku-suku yang berbeda. Dan bukan karena kesadaran suku-suku tersebut untuk membentuk sebuah entitas Mongol. Genghis Khan, menurut penulis di sini menyebut bangsa Mongol kepada setiap masyarakat sejauh mereka hidup di wilayah kekuasaannya. Di sini lah yang menarik bahwa apa yang dikatakan Ernest Renan tentang keinginan bersama membentuk sebuah bangsa menjadi tidak relevan dalam kasus Genghis Khan ini. Sebuah entitas Mongol terbentuk dalam kasus Genghis Khan, menurut penulis merupakan sebuah paksaan dan bisa dikatakan sebuah “bonus” bagi mereka yang ditaklukkan Genghis Khan yaitu menyadang status entitas Mongol. Sekali lagi penulis ingin menekankan tidak ada unsur kesukarelaan di sini. Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar di bawah ini
Gambar 1 menjelaskan bahwa Genghis Khan sebelum membentuk sebuah Perserikatan Mongolia. Genghis Khan pertama menaklukkan suku-suku. Setelah suku-suku tersebut berhasil ditundukkan beserta dengan wilayahnya. Tahap berikutnya, Genghis Khan menggabungkan wilayah taklukannya dengan membentuk sebuah Perserikatan Mongolia. Genghis Khan tak mempedulikan keberagaman suku-suku tersebut sejauh mereka tinggal di wilayah taklukannya dan tergabung dalam Perserikatan Mongolia. Mereka adalah warga dari Genghis Khan. Inilah yang menurut penulis konsep negara yang dimaksud Genghis Khan
Kemudian beralih kepada gambar nomor 2. Genghis Khan pun juga memberikan sebuah entitas Mongol kepada suku-suku dan wilayah yang tergabung dengan Perserikatan Mongolia. Di saat bersamaan, wilayah yang berhasil ditaklukkan Genghis Khan bergabung dengan Perserikatan Mongolia, mereka yang tinggal didalamnya pun melekat sebagai entitas Mongol. Walaupun memang terdiri berbagai macam suku di dalamnya. Namun, menurut penulis konsep bangsa Mongol yang dimaksud Genghis Khan di sini adalah sejauh suku-suku tersebut tinggal di wilayah Perserikatan Mongolia. Mereka adalah bangsa Mongol
Terbentuknya sebuah negara-bangsa dalam kasus Genghis Khan ini pun cukup menarik. Genghis Khan membentuk sebuah Perserikatan Mongolia atas seluruh wilayah kekuasaannya. Jika kita lihat di sini, pemikiran tentang cikal-bakal negara modern sempat dipikirkan Genghis Khan. Ia pun sempat mengubah salah satu wilayah taklukannya, yaitu Karakorum (Mongolia Tengah) menjadi pusat perdagangan dan budaya serta menjadikannya sebagai ibu kota permanen. Ia pun juga membuat pos-pos penjagaan di perbatasan dan memiliki seorang utusan (duta) yang di era saat ini disebut dengan Duta Besar.
Itulah sekilas tanggapan penulis tentang bagaiman sebuah bangsa terbentuk dan dibentuk dalam kasus Genghis Khan di atas. Dari review film dan analisa konsep terbentuknya sebuah negara-bangsa. Penulis bisa membuat sebuah pengertian negara-bangsa menurut Genghis Khan bahwa kumpulan dari masyarakat yang hidup di suatu kawasan yang sama dan di bawah satu naungan kepempimpinan, terlepas dari mereka yang berlainan suku

Thursday, 17 February 2011

Teori Perdagangan Internasional Smith dan Ricardo

By : Triono Akhmad Munib

Di akhir abad ke-18 dan di awal abad ke-19 terjadi gebrakan besar di bidang teori ekonomi. Zaman ini melahirkan mazhab Ekonomi Klasik yang dipelopori oleh Adam Smith (1723-1790), Jean Baptist Say (1767-1832), David Ricardo (1772-1823), dan Robert Malthus (1766-1834). Pemikiran kaum klasik telah mempelopori pemikiran sistem perekonomian liberal. Para tokoh di zaman ini mempunyai pandangan kuat atas tatanan kehidupan ekonomi masyarakat. Bahwa, aktivitas individu maupun aktivitas-aktivitas satuan usaha harus diberi kebebasan untuk mengurus kepentingan mereka sendiri dan untuk memperbaiki kedudukannya di bidang ekonomi[1]. Keterlibatan pemerintah yang selalu mengatur segala sesuatu tidak banyak bermanfaat dibanding adanya persaingan bebas (free competition), karena produksi, konsumsi, dan pembagian kekayaan pada dasarnya telah ditentukan menurut hukum-hukum ekonomi yang terjadi dalam kehidupan masyarakat. Sehingga implementasinya, peran negara sebisa mungkin diminimalisasi dan kalau bisa dihilangkan
Pangkal titik tolak mazhab ini adalah bahwa kebutuhan manusia akan terpenuhi dengan cara yang paling baik bila sumber-sumber daya produksi dipergunakan secara efisien, dan hasil produksi itu dipasarkan melalui pasar persaingan yang bebas[2] . Hasil akhirnya adalah perwujudan secara menyeluruh keserasian dalam kehidupan ekonomi dan kesejahteraan umum (economic harmony and general welfare).
Pada masa berkembangnya mazhab ini, akhir abad ke-18 dan memasuki abad ke-19, terjadi revolusi industri Inggris. Pada waktu ini sistem liberal tumbuh dengan pesatnya, dan menurut mazhab klasik bahwa pertumbuhan ekonomi liberal disebabkan oleh adanya pacuan antara kemajuan teknologi dan perkembangan jumlah penduduk. Perkembangan teknologi tersebut dan perkembangan jumlah akumulasi kapital sehingga memungkinkan untuk dilaksanakannya spesialisasi pada tingkat tinggi rendahnya keuntungan, dan tingkat keuntungan ini akan menurun setelah berlakunya hokum hasil lebih yang semakin berkurang (law of diminishing return) karena sumber-sumber alamiah yang terbatas. Dua pemikir ekonomi mazhab ini yang cukup berpengaruh dalam perhitungan ekonomi adalah Smith dan Ricardo. Apa kontribusi mereka dalam perhitungan ekonomi kontemporer?

ADAM SMITH (1723-1790)
Ia merupakan seorang berkebangsaan Inggris, yang sempat membuat perubahan besar dalam bidang perekonomian melalui karyanya yang berjudul An Inquiry into Nature and Causes of the Wealth of Nations. Merupakan alur pandang yang mendasari pemikiran ekonomi klasik. Dalam pandangn Smith, pemerintah hendaklah membiarkan kekuasaan membuat keputusan-keputusan ekonomi berada di tangan orang-orang ekonomi (economics agent) itu sendiri[3] . Ia juga sangat mendukung doktrin terkenal Phisiokratis Quesnay & Turgot tentang laissez faire, laissez aller. Bahwa negara jangan intervensi tetapi hendaklah memberikan kekuasaan kepada perusahaan dan agen komersial mengaryr diri mereka sendiri atau realokasi kekuasaan dalam masyarakat. Adam Smith berkeyakinan bahwa desentralisasi sanggup memecahkan permasalahan ekonomi.
Kontribusi Smith dalam penghitungan ekonomi sangat terkenal dengan Teori Keunggulan Mutlak (Absolute Advantage). Dalam teori keunggulan mutlak, Adam Smith mengemukakan ide-ide sebagai berikut :
a.Adanya Division of Labour (Pembagian Kerja Internasional) dalam Menghasilkan Sejenis Barang.
Dengan adanya pembagian kerja, suatu negara dapat memproduksi barang dengan biaya yang lebih murah dibanding negara lain, sehingga dalam mengadakan perdagangan negara tersebut memperoleh keunggulan mutlak.
b.Spesialisasi Internasional dan Efisiensi Produksi
Dengan spesialisasi, suatu negara akan mengkhususkan pada produksi barang yang memiliki keuntungan. Suatu negara akan mengimpor barang-barang yang bila diproduksi sendiri (dalam negeri) tidak efisien atau kurang menguntungkan, sehingga keunggulan mutlak diperoleh bila suatu negara mengadakan spesialisasi dalam memproduksi barang. Keuntungan mutlak diartikan sebagai keuntungan yang dinyatakan dengan banyaknya jam/hari kerja yang dibutuhkan untuk membuat barang-barang produksi. Suatu negara akan mengekspor barang tertentu karena dapat menghasilkan barang tersebut dengan biaya yang secara mutlak lebih murah daripada negara lain. Dengan kata lain, negara tersebut memiliki keuntungan mutlak dalam produksi barang.
Jadi, keuntungan mutlak terjadi bila suatu negara lebih unggul terhadap satu macam produk yang dihasilkan, dengan biaya produksi yang lebih murah jika dibandingkan dengan biaya produksi di negara lain.
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui, bahwa Indonesia lebih unggul untuk memproduksi rempah-rempah dan Korsel lebih unggul untuk produksi elektronik, sehingga negara Indonesia sebaiknya berspesialisasi untuk produk rempah-rempah dan Korsel sebaiknya berspesialisasi untuk produk elektronik. Dengan demikian, seandainya kedua negara tersebut mengadakan perdagangan atau ekspor dan impor, maka keduanya akan memperoleh keuntungan
Besarnya keuntungan dapat dihitung sebagai berikut :
a.Untuk Indonesia, Dasar Tukar Dalam Negeri (DTD) 1 kg rempah-rempah akan mendapatkan 1 unit elektronik, sedangkan Korsel 1 kg rempah-rempah akan mendapatkan 4 unit elektronik. Dengan demikian, jika Indonesia menukarkan rempah-rempahnya dengan elektronik Korsel akan memperoleh keuntungan sebesar 3 unit elektronik, yang diperoleh dari (4 elektronik - 1 elektronik).
b.Untuk Korsel Dasar Tukar Dalam Negerinya (DTD) 1 unit elektronik akan mendapatkan 0,25 rempah-rempah, sedangkan di Indonesia 1 unit elektronik akan mendapatkan 1 kg rempah-rempah. Dengan demikian, jika Korsel mengadakan perdagangan atau menukarkan elektroniknya dengan Indonesia akan memperoleh keuntungan sebesar 0,75 kg rempah-rempah, yang diperoleh dari (1 kg rempah-rempah - 0,25 elektronik)

DAVID RICARDO (1772-1823)
David Ricardo mengatakan, meskipun suatu negara mengalami kerugian absolut (absolute disadvantage) atau tidak mempunyai keunggulan absolut dalam memproduksi kedua jenis barang (komoditi) bila dibandingkan dengan negara lain, namun perdagangan internasional yang saling menguntungkan kedua belah pihak masih dapat dilakukan, asal negara tersebut melakukan spesialisasi produksi terhadap barang yang memiliki “harga relatif” yang lebih rendah dari negara lain.
Negara yang dapat menghasilkan barang yang memiliki harga relatif yang lebih murah dari negara lain disebut memiliki keunggulan komparatif.
Asumsi dari teori Comparative Advantage (David Ricardo)[4] :
1.Hanya ada dua negara yang melakukan perdagangan internasional
2.Hanya ada dua barang (komoditi) yang diperdagangkan
3.Masing-masing negara hanya mempunyai 2 unit faktor produksi.
4.Skala produksi bersifat “contant return to scale” artinya harga relatif barang-barang tersebut adalah sama pada berbagai kondisi produksi
5.Berlaku labor theory of value (teori nilai tenaga kerja) yang menyatakan bahwa nilai atau harga dari suatu barang (komoditi) adalah sama dengan atau dapat dihitung dari jumlah waktu (jam kerja) tenaga kerja yang dipakai dalam memproduksi barang (komoditi) tersebut.
Keunggulan komparatif (Comparative Advantages) adalah keuntungan atau keunggulan yang memperoleh suatu negara dari melakukan spesialisasi produksi terhadap suatu barang yang memiliki harga relatif (relative price) yang lebih rendah dari produksi negara lain.
Berdasarkan data pada table di atas dapat diketahui bahwa :
a.Di Korsel 1 unit elektronik = 0,625 kg rempah-rempah, sedangkan di Indonesia 1 unit elektronik = 1 kg rempah-rempah. Jika Korsel menukarkan elektronik dengan rempah-rempah di Indonesia, maka akan mendapatkan keuntungan sebesar 0,375 yang diperoleh dari (1 rempahrempah – 0,625 rempah-rempah).
b.Di Indonesia 1 kg rempah-rempah = 1 unit elektronik, sedang di Korsel 1 kg rempah-rempah = 1,6 unit elektronik. Jika negara Indonesia menukarkan rempah-rempahnya dengan elektronik, maka Korsel akan mendapatkan keuntungan sebesar 0,6, yang diperoleh dari (1,6 elektronik – 1 elektronik).
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui, bahwa negara Jepang unggul terhadap kedua jenis produk, baik elektronik maupun rempah-rempah, akan tetapi keunggulan tertingginya pada produksi elektronik. Sebaliknya, negara Indonesia lemah terhadap kedua jenis produk, baik rempah-rempah maupun elektronik, akan tetapi kelemahan terkecilnya pada produksi rempah-rempah.
Jadi, sebaiknya negara Korsel berspesialisasi pada produk elektronik dan negara Indonesia berspesialisasi pada produk rempah-rempah. Seandainya kedua negara tersebut mengadakan perdagangan, maka keduanya akan mendapatkan keuntungan.
Teori yang dikemukakan oleh Kaum Klasik dalam teori perdagangan internasional, berdasarkan atas asumsi berikut ini :
•Memperdagangkan dua barang dan yang berdagang dua negara
•Tidak ada perubahan teknologi
•Teori nilai atas dasar tenaga kerja
•Ongkos produksi dianggap konstan
•Ongkos transportasi diabaikan (= nol)
•Kebebasan bergerak faktor produksi di dalam negeri, tetapi tidak dapat berpindah melalui batas negara
•Persaingan sempurna di pasar barang maupun pasar faktor produksi
•Distribusi pendapatan tidak berubah.
•Perdagangan dilaksanakan atas dasar barter.

KESIMPULAN
Dalam perjalanannya pemikiran Adam Smith maupun David Ricardo sedikit banyak mempegaruhi teori perekonomian dunia. Teori Komparatif Ricardo bisa dikatakan menjadi sebuah titik awal ekspansi perusahaan-perusahaan untuk melakukan transaksi maupun perdagangan dengan dunia di luar negara asalnya. Jika dilihat dari perspektif hubungan internasional, semakin maraknya Multinational Corporations (MNCs) maupun Transnational Corporations (TNCs) berkembang di dunia ini, yang di dalam ilmu hubungan internasional merupakan sebuah kajian dalam diskurus Transnasionalisme sedikit banyak juga bisa dikatakan terpengaruh oleh pemikiran Ricardo maupun Smith. Sehingga pertanyaannya di sini adalah “apakah Anda yakin, Laptop Toshiba Anda semua komponen didalamnya berasal dari Jepang?”

Sumber
[1] Drs. Yanuar Ikbar, M.A, Ekonomi Politik Internasional 1 : Konsep dan Teori, Refika Aditama, Bandung, 2006, hal. 41
[2] Ibid, hal. 41
[3] Lia Amalia, Ekonomi Internasional, Yogyakarta, Graha Ilmu, 2007, hal. 10
[4] Ir. Sahibul Munir, SE, M.Si, Pengantar Ekonomi Makro, Jakarta, Pusat Pengembangan Bahan Ajar Universitas Mercu Buana (UMB), 2008, hal. 1

Saturday, 12 February 2011

Revolusi Mesir : Sebuah Akumulasi Keputusasaan Rakyat

By : Triono Akhmad Munib

“Saya sudah muak dengan negeri ini, semuanya rusak, pengangguran, kemisikinan makin tak ada jawabnya. Pemerintah tidak peka, malah enak berpesta ria”


Kutipan di atas, merupakan sebuah ungkapan seorang demonstran yang ikut bedemonstrasi selama berhari-hari di Alun-alun Tahrir pusat Kota Kairo, Mesir. Kejadian ini bisa dikatakan menjadi sebuah peringatan kepada negara-negara yang selama ini kurang bisa memberikan ruang kepada kedaulatan rakyat. Pertanyaannya di sini, adalah mengapa revolusi di Mesir itu bisa terjadi?. Untuk menjawab pertanyaan di atas, alangkah baiknya kita sedikit mengenal negara Mesir itu sendiri dan kejadian-kejadian yang menyangkut pemerintahannya.
Republik Arab Mesir, lebih dikenal sebagai Mesir adalah sebuah negara yang sebagian besar wilayahnya terletak di Afrika bagian timur laut. Dengan luas wilayah sekitar 997.739 km² Mesir mencakup Semenanjung Sinai, sedangkan sebagian besar wilayahnya terletak di Afrika Utara. Mesir berbatasan dengan Libya di sebelah barat, Sudan di selatan, jalur Gaza dan Israel di utara-timur. Perbatasannya dengan perairan ialah melalui Laut Tengah di utara dan Laut Merah di timur. Mesir terkenal dengan peradaban kuno dan beberapa monumen kuno termegah di dunia, misalnya Piramid Giza, Kuil Karnak dan Lembah Raja serta Kuil Ramses. Di Luxor, sebuah kota di wilayah selatan, terdapat kira-kira artefak kuno yang mencakup sekitar 65% artefak kuno di seluruh dunia. Kini, Mesir diakui secara luas sebagai pusat budaya dan politikal utama di wilayah Arab dan Timur Tengah.
Mesir berbentuk republik sejak 18 Juni 1953. Mesir adalah negara pertama yang mengakui kedaulatan Indonesia. Mohamed Hosni Mubarak telah menjabat sebagai Presiden Mesir selama lima periode, sejak 14 Oktober 1981 setelah pembunuhan Presiden Mohammed Anwar el-Sadat. Selain itu, ia juga pemimpin Partai Demokrat Nasional. Perdana Menteri Mesir, Dr. Ahmed Nazif dilantik pada 9 Juli 2004 untuk menggantikan Dr. Atef Ebeid.
Kekuasaan di Mesir diatur dengan sistem semipresidensial multipartai. Secara teoritis, kekuasaan eksekutif dibagi antara presiden dan perdana menteri namun dalam prakteknya kekuasaan terpusat pada presiden, yang selama ini dipilih dalam pemilu dengan kandidat tunggal. Mesir juga mengadakan pemilu parlemen multipartai. Pada akhir Februari 2005, Presiden Mubarak mengumumkan perubahan aturan pemilihan presiden menuju ke pemilu multikandidat. Untuk pertama kalinya sejak 1952, rakyat Mesir mendapat kesempatan untuk memilih pemimpin dari daftar berbagai kandidat. Namun, aturan yang baru juga menerapkan berbagai batasan sehingga berbagai tokoh, seperti Ayman Nour, tidak bisa bersaing dalam pemilihan dan Mubarak pun kembali menang dalam pemilu.
Dalam sejarah pemerintahannya Mesir sebelum terjadi revoulsi saat ini juga pernah mengalami revolusi di tahun 1952. Revolusi ini pada mulanya bertujuan untuk menggulingkan Raja Farouk I. Bagaimanapun, pergerakan ini beralih kepada memansuhkan sistem raja berperlembagaan dan mewujudkan sebuah republik. Kejayaan revolusi itu memberi inspirasi kepada banyak negara Arab dan Afrika untuk menjatuhkan 'rejim rasuah'.
Revolusi ini terjadi karena masyarakat menilai telah banyaknya sogokan, kerusakan, korupsi dan ketidakstabilan di dalam kerajaan. Kesemua ini adalah faktor-faktor itu mempengaruhi pihak revolusi tersebit. Pelaku revolusi ini adalah para pembelot di berbagai kalangan pegawai tertinggi tentara. Puncak keberhasilan dari revoulsi ini adalah perombakan sistem pemerintahan. Di tahun 1954 pasca revolusi tokoh Mesir saat itu Gamal Abdul Nasser mengumunkan Perlembagaan Mesir Baru pada 16 Januari. Perombakan perlembagaan itu diantaranya, Presiden mempunyai wewenang untuk melantik dan memecat menteri-menteri. Wanita dipernolehkan memberikan suaranya pertama kali dalam sejarah Mesir. Nasser dipilih sebagai Presiden Republik Mesir pada 23 Juni. Pada 1957, Nasser mengumumkan pembentukan National Union (Al-Ittihad Al-Qawmi), membuka jalan untuk pemilihan umum (pemilu) raya semenjak 1952.
Menurut penulis, revolusi di tahun 1952 tersebut setidaknya membuktikan bahwa adanya transisi Mesir ke arah yang lebih baik. Namun, mengapa revolusi dengan faktor yang sama bisa terulang kembali di tahun ini?

Revolusi 2011
Revolusi yang terjadi saat ini, hemat penulis merupakan sebuah akumulasi keputuasaan rakyat Mesir. Rakyat Mesir menahan rasa kekecawaan selam 32 tahun kepada Husni Mubarak. Ketika sebuah mangkok terisi sebagian, maka tidak akan tumpah. Namun ketika mangkok itu terisi penuh atau malah lebih, maka isinya akan tumpah. Inilah analogi yang mungkin tepat. Ketika kekecewaan seseorang belum bisa didengar oleh pemerintah. Namun ketiak kekecewaan tiap individu itu bertemu dan menjadi sebuah akumulasi. Maka inilah yang terjadi di Mesir. Dan di tahun ini lah mereka menemukan sebuah momen yang tepat untuk mengekspresikan rasa kekecewaan itu. Menyusul keberhasilan Tunisia menggulingkan Presiden Ben Ali yang menjadikan titik kebangkitan kedaulatan rakyat. Masyarakat Mesir menilai kinerja pemerintahan di bawah Mubarak buruk. Pengangguran tak kunjung menurun, kemisikinan meningkat, ketidakadilan, kasus korupsi, dan lain sebagainya. Mereka merasa kesal. Di saat masyarakat kedinginan, kelaparan, kehausan, kolega-kolega Mubarak malah asyik bermanuver sendiri. Menikmati kemewahan dan berpesta ria dengan uang rakyat. Selain itu rezim Mubarak di nilai represif terhadap hal-hal yang berbau anti-pemerintah. Mubarak menurut penulis, kurang bisa belajar dari sejarah Revolusi 1952 yang di mana isunya adalah sama. Seharunsya Mubarak bisa mengambil hikmahnya dan sebisa mungkin tidak mengulanginya kembali di masa pemerintahannya. Tiga puluh dua tahun bukanlah waktu yang singkat. Namun, disela waktu yang lama itu justru menimbulkan keputusasaan masyarakat kepada pemeirntah
Menurut berita yang dilansir Kompas edisi 10 Pebruari 2011, bos perusahaan Google Mesir, Wael Ghonim mengatakan bahwa revolusi di negeri yang dikenal dengan peradaban tertua di dunia ini bukanlah semata-mata begitu saja terjadi. Jauh sebelumnya masyarakat telah membentuk dan mencari dukungan lewat saluran jejaring sosial. Ghonim sempat menganalogikan revolusi ini dengan revolusi Facebook. Ini adalah klimaks kedaulatan rakyat. Dan peringatan kepada negara-negara lain jika tidak ingin terjadi seperti di Mesir. Segera benahi struktur pemerintahan dan mencoba mencari jalan keluar bagi segala tuntutan masyarakat.

Friday, 11 February 2011

"Bhinneka" Sudah Tidak "Tunggal Ika"

By : Triono Akhmad Munib

KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA MENGAKOE BERTOEMPAH DARAH JANG SATOE, TANAH AIR INDONESIA
KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA, MENGAKOE BERBANGSA JANG SATOE, BANGSA INDONESIA
KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA MENGJOENJOENG BAHASA PERSATOEAN, BAHASA INDONESIA
Djakarta, 28 Oktober 1928


Semua orang yang mengaku bangsa Indonesia pasti paham betul teks di atas. Sedikit mengingatkan kembali tentang teks Sumpah Pemuda yang menjadi titik puncak persatuan bangsa ini. Bangsa ini dibentuk dengan berbagai macam suku, budaya, kepercayaan, etnis. Sehingga keberagaman itu menjadikan Indonesia menjadi negara yang unik di mata dunia. Teks Sumpah Pemuda di atas merupakan sebuah tekad dari keberagaman masyarakat yang ingin bersatu, membentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan menjunjung tinggi nilai-nilai kesatuan. Dan implementasinya, muncul semboyan “Bhinneka Tunggal Ika” yang berarti berbeda-beda (etnis, suku, kepercayan, kelompok, budaya, dsb) tetapi tetap satu kesatuan. Namun, dengan serentetan berita yang terjadi di negara kita akhir-akhir ini. Masihkah kita percaya kepada “Bhinneka Tunggal Ika”?
Banyak sekali fenomena-fenomena di negeri ini yang menunjukkan bahwa segala perbedaan tidak malah memperkuat dan menyatukan bangsa ini. Kita ambil saja kasus yang bisa dikatakan masih ‘hot’ saat ini, yaitu penyerangan jamaah Ahmadiyah di Pandeglang, Banten yang memakan korban tewas dan perusakan tempat peribadatan. Kasus ini menunjukkan bahwa konsep tentang “Bhinneka Tunggal Ika” hanya benar di atas kertas, namun tidak bisa berlaku sepenuhnya dilapangan. Masyarakat cenderung tidak toleran terhadap perbedaan, apalagi menyangkut agama maupun kepercayaan. Perbedaan itu malah tidak menjadikan bangsa ini menjadi satu, namun malah membuatnya semakin terkotak-kotak dan terpecah belah. Di manakah letak persatuan atas dasar keberagaman itu?. Para founding fathers kita sudah susah payah membentuk sebuah dasar negara yang bisa mencakup seluruh kepentingan masyarakat yang berbeda-beda ini, namun kita malah tidak bisa memaknainya. Penulis ingin menekankan kembali bahwa negara ini dibentuk atas dasar perbedaan yang kemudian menjadi sebuah kesatuan. Apakah “Bhinneka” itu sudah hanya menjadi konsep belaka?. Apakah “Bhinneka” itu sudah tidak “Tunggal Ika”?

Diambang Negara Gagal
Tahun ini akan menjadi periode yang berat bagi pemerintahan SBY. Kerusuhan terjadi di mana-mana, kemiskinan tak kunjung turun, maraknya kekerasan, gizi buruk, kecelakaan transportasi, pengangguran dan sebagainya yang menjadi berita sehari-hari di media massa. Maybe it is early to tell that Indonesia has entered a failed state. Terlau dini memang mengatakan bahwa Indonesia saat ini memasuki era negara gagal. Karena memang ada kriteria-kriteria sebuah negara dikatakan gagal. Terdapat 12 indikator yang melambangkan kelemahan sebuah negara mencakup sektor sosial (tekanan demografis, pengungsian, keluhan oleh kelompok, human flight), politik (kriminalisasi/legitimasi negara, pelayanan publik, HAM, aparat keamanan, faksionalisasi elit, serta intervensi internasional), ekonomi (pembangunan yang tidak merata, dan penurunan ekonomi), dan militer.
Sebuah negara gagal akan terasa tidak ada lagi jaminan keamanan orang merasa tidak aman dan tidak nyaman dan ingin mengungsi ke negeri orang. Kasus perusakan tempat-tempat ibadah merupakan salah satu hal yang khas bagi negara gagal. Pemerintah seakan-akan tidak lagi dapat menyediakan kebutuhan pokok, seperti pelayanan pendidikan, pelayanan kesehatan, penyediaan bahan kebutuhan pokok (gas, minyak, kenaikan harga bahan pokok seperti yang terjadi belakangan ini di Indonesia). Infrastruktur semakin tidak efektif lagi. Korupsi merajalela dan justru dilakukan oleh lembaga yang sebenarnya mempunyai tugas pokok melindungi rakyat, masyarakat, dan negara terhadap gangguan korupsi itu, seperti DPR, DPRD, Mahkamah Agung, Kejaksaan Agung, kepolisian, dan anggota kabinet. Di negara-negara gagal sebenarnya justru negara itu bersekongkol dengan para preman, mafia, dan teroris. Bentrokan-bentrokan horizontal di antara kelompok etnisitas yang sebenarnya tidak perlu terjadi. Hal itu menunjukkan ketidakberdayaan aparat negara. Kehilangan kepercayaan masyarakat yang merata dan menyeluruh.
Apakah Indonesia termasuk dalam negara gagal?. Setidaknya Indonesia masih belum mengarah ke sana. Tetapi menurut penulis, pemerintah harus segera mencari jalan keluar dan membenahi struktur pemerintahannya untuk menjawab fenomena-fenomena yang terjadi. Setidaknya, kasus-kasus yang terjadi saat ini entah menyangkut dimensi sosial, politik, budaya, hukum, agama dan lain sebagainya memberikan sebuah indikator kepada kita bahwa Indonesia diambang negara gagal. Jika pemerintah tak segera berbenah bukan tidak mungkin ekspektasi di atas menjadi kenyataan. Indonesia menjadi negara gagal.

Saturday, 5 February 2011

Menjelang Pemilu HIMAHI : Prinsip Good Governance Perlu Diaplikasikan

By : Triono Akhmad Munib

Mahasiswa Hubungan Internasional (HI) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Jember (Unej) akan merayakan pesta demokrasi dalam waktu dekat. Jurusan HI Unej hendak melaksanakan Pemilihan Umum (Pemilu) Ketua Himpunan Mahasiswa Hubungan Internasional (HIMAHI). Ini adalah momen yang tepat untuk membenahi HIMAHI untuk masa jabatan setahun kedepan. Warga HI Unej sangat berharap kepada kepengurusan HIMAHI yang baru. HIMAHI harus tetap bisa membawa HI Unej menjadi lebih baik dan berdaya saing.
Untuk bisa menjawab semua tuntutan di atas diperlukan seorang pemimpin yang berkompeten dan bertanggungjawab. Namun, masalah tidak hanya selesai sampai di sini saja. Guna mendapatkan seorang pemimpin yang handal, peran Komisi Pemilihan Umum (KPU) HIMAHI menjadi sangat penting. Dalam hal ini, penuli sedikit memberikan saran kepada KPU HIMAHI untuk menerapkan pinsip good governance. Ya, walaupun prinsip tersebut aneh di dengar karena memang good governance memiliki skala jangkauan negara bukan sebuah lembaga ataupun organisasi. Namun, setidaknya kata governance bisa kita gantikan menjadi KPU HIMAHI. Sehingga menjadi Good KPU HIMAHI. Prinsip-prinsip tersebut adalah :
1.Partisipasi Masyarakat
Masyarakat yang dimaksud di sini adalah semua warga HI FISIP Unej di semua level angkatan. Dalam hal ini bagaimana KPU HIMAHI bisa memaksimalkan partisipasi seluruh warga HI. Sehingga tampak bahwa Pemilu ini bisa diikuti oleh semua mahasiswa HI. Tantangannya adalah pada level angkatan yang bisa dikatakan “tua” kadang kurang begitu antusias memberikan suaranya. Inilah yang harus dihadapi KPU HIMAHI
2.Transparansi
Tranparansi dibangun atas dasar arus informasi yang bebas. Seluruh proses KPU HIMAHI dapat diakses oleh seluruh warga HI dan informasi yang tersedia harus memadai agar dapat dimengerti dan dipantau. Warga HI berperan sebagai check and balances

3.Berorientasi Pada Konsesus
KPU HIMAHI harus bisa menjembatani kepentingan-kepentingan yang berbeda demi terbangunnya suatu konsensus menyeluruh dalam hal apa yang terbaik bagi warga HI, dan bila mungkin, konsensus dalam hal kebijakan-kebijakan dan prosedur-prosedur. Sehingga tidak tampak melayani satu kepentingan saja
4.Akuntabilitas
Para pengambil keputusan di KPU HIMAHI bertanggung jawab baik kepada warga HI maupun kepada tingkat fakultas.
5.Visi Strategis
KPU HIMAHI harus bisa dan pandai menyeleksi para calon Ketua HIMAHI yang baru. Hemat penulis, harus bisa mencari pemimpin yang memiliki jiwa visioner. Pemimpin yang visioner memiliki perspektif yang luas dan jauh ke depan atas tata HIMAHI ke depan. Mereka dalam menerapkan sebuah kebijakan nantinya, harus bisa bebicara “untuk HIMAHI lima tahun ke depan” bukan “untuk HIMAHI setahun ke depan”. Selain itu mereka juga harus memiliki pemahaman atas kompleksitas masalah yang dihadapi jurusan HI FISIP Unej.
Kiranya itulah sedikit saran oleh penulis kepada KPU HIMAHI guna membentuk Good KPU HIMAHI. HIMAHI FISIP UNEJ TERUS MAJU!

Thursday, 3 February 2011

Dilemma Demokrasi AS

By : Triono Akhmad Munib

Amerika Serikat (AS) memanglah negara yang menyandang gelar kampiun demokrasi. Sehingga implementasinya AS mentransformasikan dirinya menjadi negara yang menghargai kebebasan, HAM, dan pemerintahan yang non-otoriter. Tetapi ketika nilai dari demokrasi tersebut bergaung di negara Arab, AS pun tampak “kelabakan”. Aksi massa Tunisia hingga Jordania untuk menutuntut kebebasan dan penolakan pemerintahan yang otoriter membuat AS bak macan ompong. Bagaimana tidak, disaat AS ingin melanggengkan rezim Mubarak yang otoriter, pengekangan kebebasan, dan pelanggaran HAM. Di sisi lain, AS diwajibkan mendukung aksi demonstrasi massa yang menjujung nilai-nilai demokrasi termasuk nilai kebebasan. Jika aksi massa di Mesir berhasil menuai kesuksesan seperti di Tunisia degan menggulingkan Presiden Ben Ali, bukan tidak mungkin AS akan kehilangan satu “teman” di negara-negara Arab. Husni Mubarak yang menjabat selama 32 tahun merupakan sosok pemimpin yang pro-Barat (AS). Mesir merupakan sekutu AS paling penting. Di bawah rezim Anwar Sadat, Mesir merupakan negara Arab pertama yang mau meratifikasi Perjanjian Camp David dengan Israel di tahun 1979. Dengan penandatanganan perjanjian di atas AS menjadi sedikit lega, karena sekutu utamanya Israel paling tidak mendapatkan “teman” di kawasan Timur Tengah. Namun, jika nantinya Mubarak lengser, hal yang ditakutkan AS adalah naiknya pemimpin dari gerakan oposisi Ikhwanul Muslimin yang jelas anti-Israel dan pastinya juga sangat anti-AS. Siapa lagi yang akan “meng-amini” keinginan AS di kawasan Timur Tengah?. Siapa lagi yang akan pro kepada Israel?. Ini adalah perjuangan mati-matian AS untuk menjaga stabilitas Timur Tengah melalui Mesir. Namun, tantangan terbesar yang harus dihadapi adalah dilema kampiun demokrasinya
Israel Pun Panik
Kepanikan akan jatuhnya Mubarak, tak hanya dirasakan oleh AS. Israel pun demikian. Menurut berita yang dilansir Kompas edisi Selasa 1 Februari 2011, Israel bersiap menggeser operasi militernya ke kawasan Selatan yang berbatasan dengan Mesir. Seperti apa yang dijelaskan di atas, Mesir merupakan salah satu sekutu Israel di Timur Tengah. Selain terikat Perjanjian Camp David, Mesir turut pula membantu menekan Hamas di perbatasan Gaza, mendukung proses perdamaian Israel-Palestina, ikut menghalangi ambisi Iran, serta memasok 40 persen kebutuhan gas alam kepada Israel. Mesir memiliki posisi geopolitik yang cukup penting dimata Israel. Tidak aka nada negara Arab yang akan perang melawan Israel tanpa melibatkan Mesir. Apabila rezim Mubarak runtuh Perjanjian Camp David tak ayal hanya akan menjadi sebuah kertas tak bermakna. Perdamaian akan rusak. Hemat penulis, Perjanjian Camp David hanya akan memiliki kekuatan bagi pemimpin yang menjadi sekutunya, termasuk Husni Mubarak.
Ketika sebuah negara telah lama menjadi teman, namun berbalik menjadi musuh. Bukan tidak mungkin segala kebaikan pada saat berteman tak akan bisa didapatkannya lagi. Wajar sudah, jika Israel pun menjadi panik tak karuan.

Wednesday, 2 February 2011

Pengukuhan Imperialisme AS

By : Triono Akhmad Munib
Source : Noam Chomsky, Neo-imperialisme AS

Imperialisme secara gamblang bisa diartikan sebagai sebuah kebijakan di mana sebuah negara besar dapat memegang kendali atau pemerintahan atas daerah lain agar negara itu bisa dipelihara atau berkembang. Sebuah contoh imperialisme terjadi saat negara-negara itu menaklukkan atau menempati tanah-tanah itu.Namun, alangkah baiknya jika kita mengetahui sejarah munculnya imperialism. Berbicara tentang imperialisme sekilas teringat nama Cecil John Rhodes. Siapakah dia?. Dia adalah seorang pebisnis Inggris yang sempat membangun rel kereta api dan mendirikan negara Rhodesia atau yang dikenal sekarang dengan Zambia dan Zimbabwe. Satu hal yang perlu diketahui bahwa Rhodes ada seorang kolonialis sejati dan salah satu pendukung upaya imperialism Inggris di Afrika. Ia percaya bahwa sejatinya dunia ini akan membawa kesejahteraan dan berjalan lebih baik jika dipimpin oleh warga yang beradab seperti Barat. Kalimatnya demikian, “demi bintang di langitm dan dunia dunia luas di luar jangkauan, jika bisa aku pasti akan mendudukan planet lain”. Kalimat ini yang diyakini oleh Rudyard Kipling, seorang glorifikatif sebagai pemicu semangat munculnya imperialism
Tiga Fase Imperialisme
Bagi Lenin, imperialisme adalah tahapan terkin dari sebuah kapitalisme. Imperialisme menurutnya bisa lahir dari suatu krisis kapitalisme (modal) di dalam negara. Agar negara terbebas atau keluar dari krisis periodiknya, maka kapitalisme itu harus keluar untuk mencari pangsa pasar baru, melewati batas-batas negara untuk mencari bahan mentah yang lebih murah pastinya. Lenin memberikan lima cirri imperialism. Pertama, konsentrasi pasar baik konglomerasi maupun monopoli. Kedua, meleburnya kapital finans, industri, dan birokrasi. Ketiga, ekspor kapital dalam bentuk investasi. Keempat, pembagian ekonomi dunia oleh perusahaan multinasional (MNCs) dan transnasional (TNCs). Kelima, pembagian politik dunia oleh negara-negara maju
Pendapat Lenin di atas mendapat kritikan keras, terutama oleh Adam Smith. Menurutnya, imperialisme bukanlah suatu tahap melainkan lebih dipandang sebagai suatu yang inheren dalam setiap ekspansi kapitalisme. Sepanjang perjalanannya imperialisme telah melewati dua fase dan saat ini sedang memasuki fase ketiga
Fase pertama, terjadi pada masa eskpansi kapitalis Eropa Atlantis yang menghancurkan benua Amerika. Aktor dalam masa ini adalah Spanyol dan Inggris. Hasilnya adalah lenyapnya pribumi Amerika, yaitu Indian dan terjadinya Hispano-Kristenisasi serta genosida terhadap etnis Indian. Mungkin, kita ingat tentang tujuan penjajahan di masa lalu adalah 3G (Gold, Glory, Gospel). Salah satu dari 3G di atas adalah penyebaran agama dan pada fase pertama ini Spanyol dan Inggris menjajah Amerika dengan dalih agama yang memang ada hidden agenda didalamnya mengenai ‘memperadabkan dunia’.
Fase kedua, pada masa ini terjadi pada saat Revolusi Industri Inggris yang akhirnya berujung pada penaklukan Asia dan Afrika. Penaklukan ini bertujuan untuk mencari pasar baru bagi perdagangan Eropa. Rhodes lah yang berpendapat bahwa ekspansi pasar ke Afrikan akan mengembalikan iklim ekonomi Inggris. Fase kedua ini yang menjadi cikal bakal kesenjangan sosio-ekonomi yang dihadapi oleh dunia hingga saat ini. Jika pada tahun 1800-an rasio ketidaksetaraan adalah 2 : 1, maka saat ini menjadi 60 : 1 dengan 20% penduduk dunia yang merasakan keuntunga. Sementara 80% lainnya hidup dalam ketidakpastian sosio-ekonomi. Yang menarik di sini adalah, walaupun negara-negara Asia dan Afrika semakin banyak yang merdeka. Namun, tidak lantas menghancurkan sistem imperialis itu sendiri. Para kekuatan imperialis tidak begitu sulit beradapatsi dengan keadaan baru ini. Mereka hanya mengubah sedikit pandangan tradsionalnya menjadi imperialisme baru tanpa koloni
Saat ini imperialism memasuki fase ketiga dengan ditandai oleh runtuhnya rejim Soviet dan komunisme Eropa Timur. Fase ini, berada pada sebuah jaman yang dicirikan oleh terjadinya persenyawaan yang halus antara menguatnya kekusaan ekonomi, korporasi, teknologi yang dibungkus dalam bentuk globalisasi. Pada masa ini, aktor imperialism berkembang menjadi tidak hanya negara-bangsa atau bisa dikatakan melampauinya. Dunia yang semakin terglobalisi membuat peran perusahaan-perusahaan multinasional dan transnasional serta munculnya masyarakat yang berbasis jaringan (social network) menjadi semakin meningkat. Sebagian memahaminya sebagai jaman post-imperialis. Sementara yang lain masih meneguhkan pendapatnya bahwa imperialisme masih tetap ada hanya saja berubah bentuk dan wajah
New Imperialism
Imperialisme pada dekade hemat penulis mengalami transformasi ke dalam bentuk baru. Jika dahulu secara nyata negara dijajah dan dieksploitasi SDA-nya untuk kepentingan pasar penjajah. Namun, di era dunia semakin terglobalisasi yang implementasinya menjadi “one dimensional man” bentuk penjajahan dan eksploitasi tersebut menjadi semakin halus dan “tak tampak”. Seyogyanya imperialisme adalah sama. Negara-negara, khususnya negara berkembang masih tetap menjadi daerah “jajahan”. Keuntungan pasti kembali kepada negara yang menjajah (negara maju). Sebuah contoh kasus adalah PT. Freeport Indonesia (FI). PT. FI adalah anak perusahan dari Freeport-McMoRan Copper & Gold Inc, sebuah perusahaan emas tersbesar di dunia yang dimiliki AS. Keuntungan besar yang diperoleh dari hasil aktivitas produksi PT. FI tidak serta merta digunakan untuk reinvestasi dan proses alih
teknologi namun direpatriasikan ke negara asal (home country). Praktik-praktik seperti ini sangat merugikan Indonesia terutama posisi neraca pembayaran
Sebagai analisis adalah masalah keuntungan yang diperoleh PT. Freeport Indonesia. Seperti apa yang diungkapkan Marwan Batubara, Direktur Eksekutif Indonesian Resource Studies bahwa kita (Indonesia) tak sampai mendapatkan setengah keuntungan dari aktivitas pertambangan PT. Freeport. Berdasarkan laporan keuangan Freeport pada 2008, total pendapatan Freeport adalah US$ 3,703 miliar dengan keuntungan US$ 1,415 miliar. Adapun penerimaan negara dari Freeport melalui pajak maupun royalti hanya US$ 725 juta. Bisa dilihat bahwa penerimaan negara lebih kecil daripada Freeport. Bila ditarik hingga lima tahun ke belakang, periode 2008-2004, Freeport menerima total pendapatan US$ 17,893 miliar. Bila diasumsikan pengeluaran biaya operasi dan pajak 50 persen, maka total penerimaan bersih Freeport adalah US$ 8,964 miliar. Sementara itu total pendapatan negara dalam kurun waktu 2004-2008 lewat royalti mencapai US$ 4,411 miliar.
Dari penjelasan di atas. PT. FI menurut penulis tetap saja merupakan sebuah imperialisme, hanya saja berubah bentuknya. Jika dulu secara blak-blakan negara dihisap, PT. FI juga tak jauh berbeda. Mereka sebenarnya mengeksploitasi SDA Indonesia. Indonesia yang seharusnya mendapatkan jatah lebih banyak dari penjualan emas, namun faktanya hanya sedikit persen yang masuk ke pendapatan negara sisanya kembali kepada AS. PT. Dengan iming-iming penyediaan lapangan kerja sehingga seolah PT. FI merupakan sebuah perusahaan “murni” yang lepas dari nilai imperialis. Tetapi sejatinya adalah agen imperialisme. Dampak kehadiran PT. FI di Papua pun beragam, mulai dari lingkungan hingga sosial. Pada sektor lingkungan berapa juta hektar lahan rusak akibat eksploitasi, yang implementasinya bencana longsor kerap terjadi. Tentu kita ingat longsor di tahun 2008 yang menewaskan 19 orang dan di tahun 2010 yang menewaskan sedikitnya 13 orang. Belum lagi limbah yang sering membuat masyarakat Timika, Papua sulit mendapatkan akses air besih. Kemudian dampak sosial yang ditimbulkan adalah di Papua hingga saat ini gerakan massa yang menuntut hak mereka atas PT. FI masih terus berlanjut, kerap terjadi bentrok dengan aparat yang kerap pula memakan korban.
Masyarakat AS sejatinya tahu bahwa imperialisme yang dilakukan negaranya kerap membuat kerusakan di sebuah negara. Namun mengapa mereka hanya “diam” saja?. Mengapa imperialisme bisa mendapatkan tempat dan legitimasi di mata masyarakat AS?.
Aparatus Ideologis : Tonggak Imperialisme AS
Imperialisme di luar negeri tidak akan bisa bertahan (survive) apalagi dikukuhkan dalam jangka waktu yang lama tanpa adanya pengkuhuan terlebih dahulu di dalam negeri dengan membentuk pikiran publik dan represi aktif. Althusser menyebutnya sebagai apparatus ideologi negara (Ideological State Aparatusses). Hal ini juga diterapkan oleh AS melalui sistem pendidikannya dan manipulasi media massa
•Pendidikan Doktriner
Jalur pertama yang dilakukan AS adalah melalui pendidikan. Hal ini dilakukan bersamaan dengan semakin menjamurnya gerakan-gerakan yang menentang imperialism, menutut hak sosio-politik pada era 60-70an. Upaya untuk membendung itu semua, pemerintah AS sempat mendirikan Komisi Trilateral yang fungsinya untuk menanamkan kepatuhan, untuk menghalangi munculnya pemikiran yang mandiri dan kritis. Dengan demikian sekolah (pendidikan) memainkan peranan yang sangat vital sebagai sistem kontrol dan koersi. AS sebagai kampiun demokrasi sempat membuat Chomsky menyimpulkan bahwa pada dasarnya AS sendiri jauh dari demokrasi.

“Jauh dari pendidikan demokratik , apa yang sesungguhnya kita (AS) miliki ialah suatu model yang kolonial yang dipercanggih yang dirancang terutama untuk mendidik guru-guru dengan cara-cara di mana dimensi intelektual pengajaran seringkali diabaikan. Tujuan utama dari pendidikan kolonial ini adalah untuk melenyapkan ketrampilan guru-guru dan siswanya dan mebuat mereka semakin pandai mengikuti secara otomatis prosedur labirin dan teknik”

Seyogyanya hakikat pendidikan adalah bukan untuk menanamkan kepatuhan, melainkan untuk membuat masyarakat dalam kondisi yang merdeka, kesetaraan bersama. Ada dua hal yang menjadi analisa utama pendidikan AS. Pertama, kalangan kelas menengah terdidik AS tidak membiasakan dirinya dengan model pendidikan kritis yang berupaya membongkar segala macam kekuasaan dan hegemoni. Hemat penulis, model sistem pendidikan AS memang dirancang tidak untuk membangun jiwa kritis masyarakat. Kedua, sebagai akibatnya, AS menjelmakan dirinya sendiri sebagai sebuah negara imperialis utama yang berhak untuk mendikte, mendisiplinkan dan ‘memperadabkan negara lain
•Manipulasi Media
Dalam sistem trias politica yang menjadi dasar kekuatan sebuah pemerintahan, yaitu ekskutif, legislatif, dan judikatif mungkin bisa dikatakan kurang jika dibenturkan dengan dunia yang semakin modern dalam berbagai bidang. Peran media menjadi penting saat ini. Media yang berfungsi sebagai pembentuk opini publik perlu pula ditambahkan ke dalam tiga pilar di atas menjadi ekskutif, legislatif, judikatif, dan media. Cara inilah yang dipakai AS untuk bisa melanggengkan imperialisnya. Kontrol dan penguasaan atas sumber informasi, media diyakini merupakan elemen kekuasaan yang sangat berpengaruh. Di AS, penguasaan atas aparatus ideologis itu beriringan dengan penguasaan terhadap sumber informasi dan media massa. Hasilnya adalah rekayasa fenomena oleh media-media besar
Suatu contoh kasus Sandinista, Chomsky menggambarkan rejim Sandinista sebagai pemerintahan yang sedang mengerjakan pembaharuan pembangunan yang unik dan alternatif. Chomsky menambahkan bahwa rejim Sandinista adalah sebuah rejim yang menggunakan sumber daya mereka yang terbatas untuk rakyat miskin. Inilah mengapa angka melek huruf meningkat. Inilah mengapa angka kesehatan juga meningkat. Inilah mengapa reformasi agrarian berjalan serta konsumsi bahan pangan dan subsistensi pangan Nikaragua juga meningkat
Namun, analisa Chomsky di atas berbalik 180 derajat dengan gambaran pemerintah AS dan media massanya. AS melalui media massanya sebagai sumber publikasi menggambarkan rejim Sandinista sebgai rejim teroris yang berkerjasama dan M-19 di Kolombia. Pemerintahan Regan saat itu merespon dengan mendukung gerakan kontra terorisme menggulingkan pemerintahan Kiri. Untuk mendapatkan dukungan publik, AS melalui media massa terkenal Times menyatakan bahwa pemerintah AS mestinya mengambil tindakan terhadap “pelanggaran moral Sandinista” demi memajukan demokrasi di Nikaragua yang komunis dan totaliter. Hasilnya, semakin munculnya tentara-tentara kontra terror yang didukung dan dibiayai AS untuk melawan pemerintahan Nikaragua. Sebuah kasus lain adalah manipulasi oleh New York Times yang menggambarkan Israel sebagai “simbol kebaikan manusia”. Padahal di sisi lain pendudukan dan kekerasan atas Palestina merupakan tindakan keji dan tidak manusiawi.
Praktek semacam inilah sering dilakukan AS untuk mencampurkadukkan antara fakta dan kebohogan. Semakin kabur batas antara realita dan kebohongan, menjadi semakin kabur batas antara kawan dan musuh. Inilah mengapa imperialisme yang buruk bisa mendapat pengukuhan di mata masyarakat, termasuk kasus PT. FI di atas. BANGKITLAH INDONESIAKU!