Thursday 19 May 2011

Terorisme Tidak Akan 'Usang'

Triono Akhmad Munib

Berita kematian gembong teroris dunia, Osama bin Laden beberapa pekan kemarin menjadi sebuah berita yang cukup menggetarkan dunia. Media-media lokal, nasional dan internasional langsung mengubah headline berita mereka dengan berita kematian gembong teroris tersebut. Berbagai perdebatan muncul terkait kebenaran berita tewasnya Obama, penguburannya yang cukup ‘unik’ dan controversial yaitu dengan dikubur di bawah laut. Publik dibuat penasaran karena hingga hari ini belum ada pernyataan resmi dari pihak AS yang ‘empunya’ hajat. Ya, kita tunggu saja kapan si ‘empunya’ hajat mau berkoar-koar memberikan penjelasan lebih lanjut.
Namun, dalam hal ini penulis tidak ingin terjebak dan ikut masuk ke dalam hiruk pikuk perdebatan opini yang tidak ada habisnya. Pertanyaan yang cukup menarik penulis di sini adalah apakah selesai sampai di sini perjuangan para militan anti-AS? Apakah setelah si ‘empunya’ jaringan teroris berhasil ditembak mati perjalanan terorisme dunia ini akan berakhir? Jawabannya adalah tidak
Menurut penulis di sini, gerakan terorisme akan selalu subur walaupun gembong utama sudah dimusnahkan. Ada dua poin yang ingin ditekankan penulis dalam hal ini. Pertama, terorisme bisa dipandang sebagai ideologi. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) ideologi diartikan sebagai sebuah kumpulan konsep bersistem yg dijadikan asas pendapat (kejadian) yg memberikan arah dan tujuan untuk kelangsungan hidup. Dalam hal ini terorisme dipandang sebagai sebuah kumpulan ide-ide. Ide-ide yang dimaksud di sini adalah sebuah ide yang melihat Barat dan sekutunya sebagai sebuah musuh bersama dan sumber dari segala masalah-masalah perpolitikan dunia. Sehingga terorisme dipandang sebagai sebuah ide yang anti-Barat dan juga sekutunya. Ketika ide ini merasuk kedalam benak pikiran masyarakat, bisa dipastikan akan lebih mudah merekrut masyarakat untuk menjadi bagian dari sekumpulan orang atau kelompok sosial yang anti AS.
Kedua, terorisme kadang dipandang sebagai sebuah cara. Ketika sebuah kelompok minoritas merasa eksistensinya tidak diakui oleh pemerintah sehingga implementasinya segala tuntutan, keinginan kaum minoritas ini jarang kurang didengar oleh para elite politik. Misalnya, kaum minoritas Uighur di China sulit untuk mempengaruhi pemerintah. Jangankan mempengaruhi, berpendapat saja sulit karena tindakan represif dari pemerintah China. Sehingga, muncul pertanyaan bagaimana caranya untuk bisa mempengaruhi para elite politik? Dalam hal ini, terorisme bisa masuk menjadi salah satu cara untuk mempengaruhi pemerintahan maupun elite politik. Ketika dengan cara-cara konvensional (proses input, penyampaian tuntunta melalui lembaga-lembaga politik yang disediakan pemerintah) tidak bisa mempengaruhi. Terorisme menjadi cara yang ampuh untuk menekan pemerintah agar mau mendengarkan tuntutan mereka. Satu yang ingin dicapai oleh kebanyakan kelompok minoritas dalam hal ini adalah mereka ingin eksistensinya diakui oleh negara. Mereka ingin bahwa kami ini sebagai kelompok minoritas adalah bagian dari negara dan kami ada.
Dari pemaparan di atas, dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa terorisme akan terus ada dan tidak akan ‘usang’. Sebagai ideologi, terorisme merupakan sebuah gagasan anti-AS dan sekutunya. Walaupun Osama sebagai gembong terorisme utama dunia bisa dimusnahkan. Akan tetapi, pemikiran dan ide-ide yang dikembangkan oleh Osama akan terus subur. Kemudian, terorisme juga tidak akan pernah hilang seiring dengan masih adanya sebuah kelompok yang merasa dirugikan atas sebuah status-quo. Terorisme bisa juga menjadi sebuah cara

No comments:

Post a Comment