By : Triono Akmad Munib
Pada hari Jum’at siang, sekitar
pukul 13.00 WIB kami berkumpul di sebuah rumah kontrakan salah seorang teman.
Semua barang sudah tertata rapi, antara lain : kompor, tenda, tali rafia, gas,
dsb. Kami hendak bepetualang ke Taman Nasional Meru Betiri lebih tepatnya ke
penangkaran penyu Sukamade.
Tepat pukul 14.30 WIB, kami bergegas
berangkat menuju Banyuwangi. Rencananya, kami hendak menginap terlebih dahulu
dirumah salah satu teman kami, yaitu Dodo, di daerah Kecamatan Jajag,
Banyuwangi. Perjalanan Jember menuju Kecamatan Jajag memakan waktu sekitar 1,5
jam. Waktu menunjukkan pukul 17.30 WIB, kami pun sampai di rumah Dodo. Kami
pun, melakukan ishoma, belanja keperluan untuk besok, dan bermalam di sana.
Petualangan Dimulai
Pagi itu, kami bersiap-siap menuju
lokasi Taman Nasional Meru Betiri, tepatnya di daerah Pesanggaran. Perjalanan
akan memakan waktu sekitar 4 jam. Sebelumnya, kami menyempatkan untuk sarapan
pagi terlebih dahulu di Pasar Bangonrejo dan mengisi full tanki sepeda motor. Setelah itu, perjalanan kami lanjutkan
menuju Kecamatan Pesanggaran (kecamatan terakhir sebelum memasuki kawasan Taman
Nasional Meru Betiri). Perjalanan kali ini akan memakan waktu sekitar 2,5 jam.
Gambar 1. Barang
Bawaan Untuk Camping ke Sukamade
Gambar 2. Suasana Bermalam di Rumah
Dodo
Tak terasa, kami pun akhirnya sampai
pada pintu gerbang pertama memasuki kawasan Taman Nasional Meru Betiri.
Perjalanan panjang terbayar lunas dengan keindahan hutan Meru Betiri. Dan yang
membuat hilang rasa capek adalah kami disuguhi anak-anak penyu (tukik) di Pos
pertama gerbang masuk. Tukik tersebut disediakan bagi para pengunjung yang
tidak berniat meneruskan perjalan hingga ke Sukamade (tempat penangkaran penyu),
karena memang untuk sampai ke sana memakan waktu sekitar 3,5-4 jam dengan medan
yang cukup ekstrim (penuh bebatuan). Namun, hal itu tidak menyurutkan semangat
kami untuk menuju Sukamade.
Gambar
3. Gerbang Masuk Taman Nasional Meru Betiri
` Gambar
4. Foto Bersama Tukik
Sepanjang
Perjalanan ke Sukamade
Sepanjang perjalanan menuju lokasi Sukamade, terdapat
beberapa objek wisata yang sangat menarik, diantaranya Pantai Rajegwesi, yaitu
daerah pesisir pantai dengan habitat kerbau disekitarnya. Bunker Jepang yang
konon katanya tempat berlindung para serdadu Jepang di saat perang pada tahun
1943. Habitat Rafflesia, yaitu bunga langka dengan diameter sekitar 41cm. Teluk
Hijau, yaitu sebuah derah teluk yang memang tampak kehijauan dari tebing, dan
yang terakhir tempat penangkaran penyu dan tukik Sukamade.
Gambar
5. Objek-objek Wisata Meru Betiri dan Bunker Jepang
Namun,
sayangnya kami hanya mengunjungi Bunker Jepang saja, karena waktu yang
menunjukkan semakin sore sehingga kami memutuskan untuk langsung bergegas
menuju Sukamade.
Kami pun sempat nyasar (salah arah), kami bingun karena memang untuk mencapai
Sukamade kita harus melewati sebuah sungai yang cukup deras arusnya. Dan pada
saat itu, kebetulan getek (perahu
dari bambu) sedang tidak beroperasi. Kami pun berputar arah untuk mencari jalan
bagaimana melewati sungai tersebut. Sementara, sepeda salah satu teman kami
bertipe matic dengan mesin yang cukup
pendek jaraknya dari tanah. Kami sempat bertanya-tanya kepada penduduk sekitar,
dan kami ditunjukkan dengan jalan (sama-sama melewati sungai) yang masih bias dilalui
sepeda motor. Kami pun, bergotong-royong menyebrangi sungai tersebut.
Gambar 6. Menyebrangi Sungai
Setelah
berhasil melewati sungai, tampaknya sia-sia jika kami melewatkan segarnya air
sungai. Kami pun memutuskan untuk berhenti sejenak melepas lelah dan mandi di
sungai
Gambar 7. Segernya Mandi di Sungai
Camping Time
Setelah membersihkan badan, kami pun
bergegas menuju lokasi Sukamade, agar tidak terlalu malam. Sesampainya di sana,
kami pun sempat kebingungan lagi. Jalan manakah yang kita tuju agar sampai ke
pesisir pantai, karena kami dari awal memang berniat hendak camping di pinggir pantai. Dengan agak
ragu, kami pun bertanya kepada bapak penjaga pos penangkaran penyu.
Setelah dijelaskan panjang lebar,
ternyata memang kawasan pantai tidak boleh dijadikan tempat berkemah. Hal itu
dikarenakan kawasan pantai adalah kawasan yang tidak diperbolehkan ada kegiatan
terkait dengan mengganggu aktivitas penyu. Fakta menunjukkan bahwa :
- Penyu sangat sensitif dengan pencahayaan
- Penyu akan kembali lagi ke laut (tidak jadi bertelur) jika melihat ada sinar di daratan
- Dan yang sangat disayangkan, jika penyu merasa pesisir pantai tidak aman (aktivitas manusia, khususnya cahaya), maka mereka akan mencari pulau lain untuk bertelur.
Oleh
karena alasan-alasan tersebutlah, kami tidak diperbolehkan berkemah di pantai.
Dan jika ingin berkemah, disediakn tempat (camping
ground) tersendiri dengan jarak sekitar 1 km dari pantai, Kami pun
memutuskan untuk mendirikan tenda di sana.
Gambar 8. Suasana Berkemah di Campin Ground Sukamade
Penyu
Bertelur
Sebelumnya saya ingin menjelaskan
bahwa jika pengunjung hendak melihat proses penyu bertelur akan diberikan
fasilitas seorang pemandu dengan biaya sebesar Rp. 100.000,- per kelompok (10
orang). Akhirnya pun, kami sepakat untuk iuran, karena memang awal rencana kami
hendak melihat proses penyu bertelur. Perjalanan menuju pesisir pantai kami lakukan
pukul 20.30 WIB waktu setempat. Pada saat itu, kami berbarengan dengan turis
asing yang sedang berkunjung di sana. Sehingga pada malam itu sekitar 20 orang
menuju pantai melihat penyu bertelur.
Sesampainya di sana, kami
diintruksikan untuk tidak menyalakan segala pencahayaan baik dari hp maupun api
rokok. Kami pun tidak langsung mendapati penyu bertelur. Kami disilahkan untuk
duduk menunggu di pinggir pantai dan para pemandu yang berjalan menyisir pantai
untuk mencari penyu yang naik ke daratan.
Sekitar 45 menit kami menunggu,
pemandu pun memanggil kami menginformasikan bahwa ada seekor penyu yang
bertelur. Kami pun bergegas menuju ke sana, namun tetap tidak berising dan
menyalakan cahaya. Satu hal yang patut diperhatikan lagi, yaitu jika hendak
mengambil gambar lewat kamera, lakukanlah dibelakang (posisi cangkang penyu) penyu
jangan di depan penyu, karena akan membuat penyu stress dan merasa terganggu.
Dan jangan langsung, artinya biarkan penyu bertelur hingga sekitar 60 telur
(sekali bertelur penyu menghasilkan kurang lebih 150 telur dan dari kesemuanya
yang bertahan hidup hanya 1 ekor). Setelah kami melihat prosesi penyu bertelur,
kami pun berniat kembali ke perkemahan, namun, di tengah perjalanan tampak
seekor penyu lagi yang naik ke daratan untuk bertelur.
Gambar 9. Membantu Proses Penyu Bertelur
Hal-hal Lain..
Fakta
menunjukkan bahwa :
1. Selama
dua hari di sana kami hanya makan mie instan…=,=
2. Ban
sepeda saya bocor dan harus mengganti baru…
3. Akhirnya
kami pun mengetahui curhatan si “Dia-meter” a.k.a Iyek Hafidan tentang ukuran “itu”…hahahahaha…piss
yekk…
4. Saya
mendapat julukan fatty google…L
5. Saya
bersama Dodo, Dana, Iyek, dan Gangsar akhirnya merasakan sensasi tidur bak babi
(tidur diatas genangan air yang mengalir..semriwiiingg)…Tendone bocor nrembess men…
L
6. Dan
memang kecerdasan Mahardy adalah given, saya
akui… :-p
Itulah
sepenggal cerita dari Sukamade yang penuh suka dan duka, semoga ada waktu untuk
menjelajahi keindahan alam tanah bumi pertiwi ini….